
Cerita Sex Anak Pejabat
Cerita Sex Anak Pejabat. Bisa jadi memang wajar jika seseorang tertarik dengan ras yang lain. Juraganku memiliki seseorang anak tunggal, wanita berusia 17 tahun, kelas 2 SMA favorit di Surabaya. Namanya Inge. Masing-masing hari saya mengantarnya ke sekolah. Saya kadang kala nyaris tidak tahan memandang badan Inge yang seksi sekali.
Tingginya kira-kira 170 sentimeter, serta payudaranya besar serta terlihatnya kencang sekali. Ukurannya kira- kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini serta pakaian seragamnya yang tipis, membuat mau sekali menyetubuhinya.
Tiap kali mengantarnya ke sekolah, dia duduk di bangku depan di sampingku, serta kadang-kadang saya melirik memandang pahanya yang putih lembut dengan bulu- bulu halus ataupun pada bagian payudaranya yang tampak dari balik seragam tipisnya itu.
Tetapi saya selalu ingat, kalau ia merupakan anak juraganku. Apabila saya macam-macam dapat dipecatnya saya nanti, serta angan-anganku untuk melanjutkan kuliah dapat berhamburan. Siang itu semacam biasa saya jemput ia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik saya parkir di dekat kantin, serta semacam biasa saya menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.
Tidak lama ia timbul bersama sahabatnya.
“Siang, Non.., ayo aku bawakan tasnya”.
“Eh, Pak, udah lama nunggu?”, sambil mengulurkan tasnya padaku.
“ Barusan kok Non..”, jawabku.
“ Nge, ini toh supirmu yang kalian bicarain itu. Cukup ganteng pula sih, ha, ha..”, salah satu temannya berpendapat. Saya jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sambil tersenyum.” Jadi malu nanti..”.
Lekas saya bukakan pintu mobil untuk Non-ku, serta teman-teman nyatanya pula serta duduk di sofa belakang.
“ Kenalin nih Pak, temanku”, Non-ku berkata sambil tersenyum. Saya lekas mengulurkan tangan serta berkenalan.
“Herman”, kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
“Mei-Ling”, balasnya sambil memandang dadaku yang bidang serta berbulu.
“ Pak, antar kita dahulu ke rumah Mei- Ling di Darmo Permai”, instruksi Non Inge sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas menampilkan pahanya yang berwarna putih lembut.
“Baik Non”, jawabku. Tidak terasa penisku telah membeku melihat panorama alam itu. Mau rasanya saya menjilati paha itu, serta setelah itu mengulum payudaranya yang padat berisi, setelah itu menyetubuhinya hingga ia meronta-ronta, ahh.
Tidak lama kitapun hingga di rumah Mei- Ling yang hening. Warnanya orang tua sedangke luar kota, serta merekapun masuk ke dalam. Tidak lama Non Inge ke luar serta menyuruhku ikut masuk.
“ Aku di luar saja Non”.
“Masuk saja Pak, sambil minum dulu, baru kita kembali”.
Akupun menjajaki perintah Non-ku serta masuk ke dalam rumah. Nyatanya mereka berdua lagi menonton VCD di ruang keluarga.
“Duduk di mari aja Pak”, kata Mei- Ling menunjuk tempat duduk di kursi di sebelahnya.
“Mari jangan ragu-ragu..”, perintah Non Inge memandang saya agak ragu.
“ Mulai menyetel aja Mei”, Non Inge setelah itu mengambil tempat duduk di sebelahku.
Tidak lama setelah itu, film juga diawali, Woww, nyatanya film porno. Di layar tampak seseorang laki-laki negro lagi menyetubuhi 2 wanita bule secara bergantian. Nafas Non Inge di sampingku terdengar memberat, setelah itu tangan meremasnya. Akupun sudah tidak tahan lagi dengan berbagai cobaan ini. Saya meremas pergelangan tangan serta setelah itu mengencangkan pahanya. Tidak berapa lama setelah itu kamipun berciuman. Saya tarik rambutnya, serta setelah itu dengan gemas saya cium bibir yang mungil itu.
“ Hmm Eh”, Suara itu terdengar dari mulut, serta diterimapun tidak ingin menggeser diam-diam meremas-remas payudaranya.
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga nampak bongkahan daging kenyal yang putih lembut memiliki Non-ku itu. Saya singkap BH– nya ke dasar sehingga tampaklah putingnya yang merah muda serta tampak telah mengencang.
“Mari, hirup Pak.., ahh”. Tidak butuh dikomando lagi, langsung saya jilat putingnya, sambil menikmati meremas- remas payudaranya yang sebelah kiri. Saya tidak mencermati apa yang dicoba teman di sebelah, karena saya lagi berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Inge.
Sehabis puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga saya jongkok pas di depan selangkangannya. Langsung saya singkap rok seragam SMA- nya, serta saya jilat CD- nya yang bercorak pink. Nampak bulu vaginanya yang masih tidak sering menerawang di balik CD- nya itu.
“Mari, jilatin memekku Pak”, Non Inge mendesah sambil mendesak kepalaku. Langsung saya sibak CD-nya yang berenda itu, serta kujilati kemaluannya.
“ Ohh, nikmat sekali”, erangan demi erangan terdengar dari mulut Non-ku yang lagi saya kerjai. Betul- betul beruntungnya saya dapat menjilati kemaluan seseorang wanita kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti-hentinya mengelus, meremas payudaranya yang besar serta kenyal itu.
“ Aduh, cepetan dong, yang keras, aku mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Inge meremas rambutku sambil mengencang tubuhnya. Bertepatan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung saya jilat habis. Akupun berdiri serta membuka ritsluiting celanaku. Tetapi saat sebelum saya membuka celanaku, Non Inge sudah ambil alih.
“Supaya aku yang buka Pak”, katanya.
BACA JUGA : https :/ /rayuanjanda.com/cerita-sex-ngentot-di-ruangan-dosen/
Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, serta membantuku membukanya. Setelah itu menggenggam meremas- remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD- ku sambil meremas-remas pantatku. Akupun sudah tidak tahan lagi, langsung saya buka CD-ku sehingga penisku yang berdimensi 20 centimeter serta telah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, besar sekali”, desis Non Inge sambil tangannya mengelus-elus penisku.
Tidak lama setelah itu dijilatinya buah pelirku terus melewati batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku saat sebelum dimasukkannya ke dalam mulut. Saya remas rambutnya yang berbando itu, serta saya gerakkan pantatku maju mundur, sehingga saya semacam menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa, membayangkan, penisku yang berdimensi 20 sentimeter itu serta bercorak gelap legam lagi dikulum oleh mulut seseorang wanita manis. Pipinya yang berwarna putih tampak menggelembung terserang batang kemaluanku.
“ Punyamu besar sekali Pak, aku suka.., ehmm..”, sambil setelah itu kembali mengulum kemaluanku.
Sehabis kurang lebih 10 menit Non Inge menikmati penisku, ia suruh saya duduk di kursi. Setelah itu ia mendekatiku sambil membuka segala pakaiannya sehingga ia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, serta diarahkannya penisku ke liang vaginanya.
“ Mari.., setubuhi aku..”, katanya berikan instruksi, saya ketahui ia mau merasakan nikmatnya penisku yang besar itu. Diturunkannya pantatnya, serta peniskupun masuk lama-lama ke dalam liang vaginanya.
Kemaluannya masih kecil sekali sehingga masih agak susah untuk penisku buat menembusnya. Tetapi tidak lama masuk pula setengah dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
“Ahh iya, saat ini masuk deh penis ayah yang besar itu di memekku”, katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, serta setelah itu disodorkannya putingnya untukku.
“Yah, begitu dong Pak”, Tidak butuh saya tunggu lebih lama lagi langsung saya lahap payudaranya yang montok itu. Sedangkan itu Non Inge masih terus naik turun kadang-kadang memutar- mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.
“Saat ini setubuhi aku dalam posisi nungging..”, prosesnya. Diapun turun serta menungging menghadap ke kursi.
“ Mari Pak.., setubuhi aku dari balik”, Non Inge menarangkan maksudku. Akupun lekas berdiri di belakangnya, serta mengelus-elus pantatnya yang padat.
Setelah itu kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, namun agak sulit masuknya. Seketika tidak kusangka terdapat tangan lembut yang mengelus penisku serta membantu memasukkannya ke liang Miss V Non Inge. Saya amati ke samping, nyatanya Mei Ling, yang membantuku menyetubuhi temannya. Ia tersenyum sambil mengelus-elus pantat serta pahaku.
Saya langsung menyetubuhi Non Inge dari balik. Kugerakkan pantatku maju mundur sambil memegang pinggul Nonku.
“ Ahh, Pak, Pak, Terus.., selamat sekali”, Non Inge mengerang nikmat. Badannya nampaknya berakselerasi- ayun, serta lekas kuremas dari balik. Kupilin- pilin puting susunya, serta erangan Non Inge kian hebat.
Mei Ling saat ini sudah berdiri di sampingku serta tangannya yang padat menjadwalkan menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku serta diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sembari berciuman dibukanya kancing pakaian seragamnya sehingga tampak buah dada yang tidak terlalu besar, namun tampak padat.
“Ohh.., terus dong pak yang kilat”, Non Inge mengerang kian hebat. Tidak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.
“ Non, aku pula nyaris keluar..”, kataku.
“Tahan sebentar Pak.., keluarin dimulutku”, kata Non Inge.
Non Inge serta Mei Ling berlutut di depanku, serta Mei- Ling yang semenjak tadi tampak tak tahan memandang kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulut. Sedangkan itu Non Inge menjilat- jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum serta menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun padat jadwal membekukan rambut kedua anak muda ini, yang lagi memuaskan nafsu birahi mereka.
“Mari, goyang yang keras Pak..”, Non Inge memberiku instruksi sambil menelentangkan badannya di atas karpet ruang keluarga.
“Mari penisnya taruh di mari Pak”, kata Non Inge lagi. Akupun lekas menyimpan berlutut di atas dada Non-ku serta menjepit penisku di antara 2 bukit kembarnya. Lekas saya maju mundurkan pantatku, sambil mengapitkan buah dada.
“ Oh, nikmat sekali..”.
Sedangkan Mei Ling padat jadwal mengelap tubuhku yang basah sebab keringat. Tidak berapa lama setelah itu, akupun tidak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Inge, serta dikulumnya sambil meremas- remas buah pelirku.
“ Ahh, Non, ahh”, jeritku serta air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Inge. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sedangkan Non Inge serta Mei Ling padat jadwal menjilati bersih batang kemaluanku.
Sehabis itu kamipun jadwal berpakaian yang padat, karena jam telah menampilkan jam 15. 00. Orang tua Inge mencantumkan orang tua yang ketat pada anaknya, sehingga jika ia kembali telat tentu kena marah. Di mobil dalam ekspedisi kembali, Inge memberiku duit Rp 100.000,-.
“Ambil Pak, buat duit rokok,Tetapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya”, katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.
“ Esok kita ulangi lagi ya Pak, soalnya Mei- Ling memohon bagian”.
Demikianlah peristiwa ini terus bersinambung. Nyaris tiap kembali sekolah, Non Inge ingin pura- pura belajar bersama teman. Namun yang terjalin merupakan ia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya serta pula sahabatnya, Mei-Ling, Linda, Nini, dll.
Tapi akupun bahagia karena tidak hanya menemukan pemasukan bonus dari Non Inge, Bergambar akupun bisa menikmati badan anak muda mereka yang putih lembut.