Cerita Sex Di Paksa Bos Tambang

 

https://rayuanjanda.com/cerita-sex-di-paksa-bos-tambang/

Aku tersentak bangun waktu kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring.“ Uhh.. Jam berapakah ini..!” gumamku lama- lama sambil berupaya buka mataku, aku masih senantiasa malas dan menginginkan kembali tidur, tetapi datang datang aku teringat jika hari ini aku mesti cepat- cepat berkemas dan berangkat, apabila tidak, aku pula hendak ketinggal pesawat.

Hari ini aku pula hendak berangkat ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja membagikan tugasku buat ikuti sebagian program pembelajaran di kantor cabang satu diantara kota di wilayah Jawa Tengah.

Namaku Aninta

tetapi rekan- rekan universal menyebutku Linda. Aku dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu kerabat kandung lelaki, instan seluruhnya kemauan dan kebutuhanku tetap dipadati oleh ke- 2 orang tuaku. Aku benar benar begitu di manja oleh mereka. Ayahku tiba dari negara Belanda, lagi ibuku tiba dari Menado, aku bersukur karna semacam wanita peranakan umumnya, aku pula berkembang jadi wanita yang mukanya lumayan menawan.

Saat ini ini usiaku 24 th., wajahku menawan dan kulitku putih lembut, rambutku lurus dan panjang sampai dibawah bahu, badanku pula tercantum pula besar dan ramping dipadukan dengan dimensi buah dada yang tercantum pula besar buat dimensi wanita seusiaku, ditambah sekali lagi, aku begitu giat melindungi badanku sendiri supaya penampilanku dapat senantiasa terbangun.

“ Wah.. Aku belum pula sempat potong rambut nih..” gumamku sambil senantiasa mematut diri dimuka kaca sambil kenakan bajuku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan pakaian putih berkerah, lalu aku campurkan dengan blazer coklat muda. Aku terasa nampak terus menjadi menawan dengan pakaian kesayanganku ini, buat aku lebih percaya diri.

Pendek cerita, aku telah datang di kota tempatku pula hendak bekerja. Aku lekas mengarah kantor cabangku karna aku mesti selekasnya melapor dan merampungkan pekerjaan. Sesampai dimuka kantor suasananya nampak begitu hening, di lobby kantor hanya nampak 2 orang satpam yang tengah bertugas, mereka mengatakan jika seluruh karyawan tengah terdapat kursus di gedung samping. Dan mereka pula mengatakan jika aku sudah dinanti oleh Pak Dedy

di ruangnya di lantai 2, Pak Dedy

ialah pimpinan kantor cabang di kota ini.

“ Selamat siang..! Kamu Aninta

kan..?” sambut Pak Dedy

ramah sambil mempersilakan aku duduk.

“ Iya Pak.. Tetapi aku universal di panggil Linda..” jawabku sopan.

Pak Dedy kemudian memajukan sebagian persoalan kepadaku, sambil kadang- kadang bertanya keadaan sebagian pegawai di kantor pusat. Lumayan lama pula aku bicara dengan Pak Dedy, hampir 5 belas menit, walaupun sesungguhnya, aku mesti ke gedung samping buat ikuti diklat, tetapi Pak Dedy

senantiasa saja menahanku dengan mengajakku bicara.

Sesungguhnya aku sedikit risih melalui metode Pak Dedy

memandangku, mulutnya memanglah memajukan persoalan kepadaku, tetapi matanya senantiasa memandangi badanku, tatapannya semacam hendak menelanjangiku. Ia memerhatikanku dari mulai ujung kaki sampai ujung kepala, kadang- kadang pemikirannya tertumpu di sekitaran paha dan buah dadaku.

Aku agak menyesal karna hari ini aku kenakan rok yang agak pendek, sampai pahaku yang putih jadi sulit buat kusembunyikan. Basic mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tidak berapakah lama kemudian pembicaraan kami pula usai dan Pak Dedy

beranjak ke arah pintu mempersilakanku buat ikuti diklat di gedung samping.

“ Terima kasih Pak.. Aku permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu.

Perasaanku lekas lega karna dari barusan aku sangatlah risih dengan pemikiran mata Pak Dedy

yang semacam hendak menelanku bundar bundar. Pak Dedy

membukakan pintu untukku, aku pula berterima kasih sambil jalur lewat pintu itu.

Tetapi aku kaget tidaklah kepalang waktu datang datang rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Dedy, sampai aku kembali tertarik masuk ke ruang itu, lalu Pak Dedy

mendorongku dengan keras sampai aku jatuh terjerembab diatas kursi tempat barusan aku duduk dan bicara dengan Pak Dedy.

“ Apa yang Bapak kerjakan..?? Mau apa Bapak..?” jeritku 1/ 2 bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit sebab rambutku dijambak cocok sama itu.

Pak Dedy tidak menanggapi, ia jadi mendekatiku lebih dahulu sehabis tutup pintu ruangnya. Sedetik kemudian ia telah menyergap, mendekap dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitaran wajahku waktu Pak Dedy

berupaya menciumi bibirku

“ Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku sambil memalingkan wajahku jauhi terkaman mulutnya.

“ Diam..!!” bentaknya meneror sambil mempererat pelukannya pada badanku.

Aku senantiasa meronta sambil memukulkan ke- 2 tanganku ke atas pundaknya, berupaya melepas diri dari dekapannya, tetapi Pak Dedy

senantiasa menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal sengal karna tertekan oleh tubuhnya. Apalagi pula dikala ini Pak Dedy

telah mengangkut badanku, ia menggendongku sambil tetaplah mendekap pinggangku, lalu ia menjatuhkan dianya dan badanku diatas kursi dengan tempat aku terletak di sisi dasar, sampai dikala ini badanku terhimpit oleh tubuhnya.

Aku senantiasa menjerit dan meronta, berupaya keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya dengan lututku hingga buat tubuhnya terjajar ke balik. Ia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu buat lari ke arah pintu.

Aku hampir sampai di pintu keluar waktu badanku kembali tertarik ke balik, warnanya Pak Dedy

berhasil mencapai blazerku dan menariknya hingga lepas dari badanku, tidak lama setelah itu aku sudah terdapat didalam dekapannya kembali.

“ Bajingann..! Bebaskan aku..!” jeritku sambil memakinya.

Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pula sudah mulai parau, Pak Dedy

masih senantiasa senantiasa memelukku dari balik sambil mulutnya berupaya menciumi leher dan tengkukku, sesaat tangannya menelikung ke- 2 tanganku, buat tanganku tertekan dan tidak dapat bergerak.

“ Jangann..! Biadab.. Bebaskan sayaa..!” aku kembali menjerit parau.

Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku, waktu tangan Pak Dedy

membetot keras pakaian putihku, buat seluruh kancingnya lepas dan berjatuhan diatas lantai. Dikala ini tubuh sisi atasku jadi 1/ 2 terbuka, mata Pak Dedy

kian melotot amati buah dadaku yang masih senantiasa terlindung dibalik bra hitamku, setelah itu, ia menarik pakaian yang masih senantiasa menempel di bahuku, dan senantiasa menariknya sampai menuruni lenganku, sampai pada kesimpulannya Pak Dedy

menggerakkan tangannya, melemparkan pakaian putihku yang telah lepas dari badanku.

“ Lepasskann..!!” jeritku waktu satu tangannya mulai bergerak meremasi samping payudaraku.

Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tetapi ia tidak menyudahi, tangannya jadi kian keras meremas buah dadaku. Seluruh badanku bergetar keras waktu Pak Dedy

menyelinapkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan agresif, sambil kadang- kadang menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya, sesaat mulutnya senantiasa menjilati leherku dengan buas.

Pak Dedy sudah pula hendak menarik terlepas bra yang kukenakan, waktu kala yang berbarengan pintu depan ruangnya terbuka, dan keluar seorang lelaki dengan muka yang nampak kaget.

“ Terdapat apa nih Pak Dedy..?” serunya, sambil memandangi badanku.

“ Lepaskan aku.. Pak..! Tolong aku..! Pak Dedy

pula hendak memperkosa aku..!” jeritku meminta pertolongan dari orang itu.

Perasaanku sedikit lega waktu lelaki itu keluar, aku mengharapkan ia pula hendak menolongku. Tetapi perkiraanku tampaknya salah..

“ Wah Pak.. Terdapat benda baru sekali lagi nih. Menawan pula..!” seru lelaki itu sambil jalur mendekati kami, aku lekas lemas mendengar kata- katanya, tampaknya lelaki ini sama bejatnya dengan Pak Dedy. rayuanjanda.com

“ Terdapat acara kecil..! Kilat Han.!! Lu pegangi ia..! Wanita ini binal banget” jawab Pak Dedy

sambil tetaplah mendekap badanku yang masih senantiasa senantiasa berupaya meronta.

Sedetik kemudian lelaki itu sudah terdapat di depanku, tangannya lekas mencapai dan merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan badanku, aku betul- betul tidak dapat bergerak, tertekan oleh lelaki itu dan Pak Dedy

yang terdapat di belakangku, lalu tangannya bergerak ke arah bra- ku, dan dengan sekali sentak, ia berhasil merenggut bra itu dari badanku.

“ Tidak.. Tidak..! Janganlah kerjakan..!!” jeritku takut.

Tangisku meledak, aku demikian ketakutan dan putus harapan hingga seluruh bulu kudukku merinding, dan aku kian gemetar ketakutan waktu lelaki yang tampaknya bernama Burhan itu mengambil langkah ke balik, sedikit menjauhiku, ia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka, pemikirannya semacam hendak melahap habis payudaraku.

“ Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya sambil senantiasa memandangi ke- 2 buah dadaku yang menggantung leluasa.

Setelah itu ia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sesaat tangannya lekas mencengkeram buah dadaku dan meremasnya dengan agresif. Nada tangisanku lekas menyudahi waktu mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur didalam mulutku, berupaya mencapai lidahku. Aku tercekat waktu tangannya bergerak ke arah selangkanganku, menyelinap ke balik rokku, aku lekas tersentak kaget waktu tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa- sisa tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Burhan.

“ Tidak.! Tidak..! Bebaskan aku.. Bajingan kamu..!” aku menjerit sambil menendang- nendangkan kakiku berupaya menjauhi lelaki itu dari badanku.

“ Ouh.. Ssakit..!!” keluhku waktu Pak Dedy

yang terdapat di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap muka Pak Dedy, aku meminta supaya ia melepaskanku.

“ Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Aku.. Mohon.. Bebaskan aku..” ucapku mengharap belas kasihannya.

Kondisiku waktu itu sudah betul- betul berhamburan, tubuh sisi atasku sudah betul- betul telanjang, buat ke- 2 payudaraku nampak menggantung dan tidak hendak tertutup oleh apa juga. Aku begitu khawatir, mereka terus menjadi lebih bernafsu sekali lagi amati keadaan badanku yang sudah 1/ 2 telanjang ini, terlebih saat ini ini badanku tengah ditelikung oleh Pak Dedy

dari balik hingga tempat itu buat dadaku jadi terdorong ke depan dan automatis buah dadaku pula ikut membusung.

Sebagian waktu kemudian Pak Dedy

datang datang mengendorkan dekapannya pada badanku dan pada kesimpulannya ia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya jika Pak Dedy

mau melepaskanku, walaupun sesungguhnya waktu itu aku sangatlah putus harapan, aku sadar aku hampir mustahil lolos dari tekanan ke- 2 lelaki itu.

Tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu, aku lekas lari secepat- cepatnya ke arah pintu, tetapi bebrapa sekali lagi aku kalah kilat, Pak Burhan sudah membatasi di depanku dan lekas menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.

“ Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku meringik kesakitan.

Kupegangi perutku, dikala itu pula, aku lekas jatuh terduduk, nafasku tersengal- sengal menahan sakit yang tidak terkira. Belum pula lenyap rasa sakitku, mereka berdua lekas menyerbu ke arahku.

 

BACA JUGA : Cerita Sex Bercinta Dengan Adek Ipar 

 

“ Pegangi tangannya Han..!!” seru Pak Dedy

sambil mendesak badanku sampai aku jatuh terjengkang diatas lantai.

Dikala itu pula Pak Burhan sudah terdapat diatas kepalaku dan mencengkeram ke- 2 tanganku, sesaat Pak Dedy

terdapat dibawah badanku, mendekap ke- 2 kakiku yang berupaya menendangnya. Ia sudah semacam kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stokingku dan mencabik cabik rok yang kukenakan dan pada kesimpulannya ia merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari ke- 2 kakiku dan melemparkannya ke lantai.

“ Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Janganlah perkosa sayaa..!” jeritanku terus menjadi keras di sela- sela keputusasaan.

Aku sudah tidak sanggup sekali lagi menahan mereka yang kelihatannya kian bernafsu buat memperkosaku, air mataku terus menjadi deras mengalir membasahi ke- 2 pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku lekas bergidik, aku tidak sanggup memikirkan apabila hari ini aku pula hendak diperkosa oleh mereka.

“ Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” aku menjerit histeris waktu Pak Dedy

melepas pegangannya pada ke- 2 kakiku.

Ia berdiri sambil melepas bajunya sendiri dengan begitu tergesa- gesa. Aku sadar, lelaki ini sebentar sekali lagi pula hendak menggagahiku. Dikala itu pula kurapatkan ke- 2 kakiku dan kutarik ke atas hingga menutupi sebagian dadaku, sesaat ke- 2 tanganku senantiasa masih di dekap erat oleh Pak Burhan. Datang datang Pak Dedy

berjongkok, ia lekas menarik ke- 2 kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya diantara ke- 2 pangkal pahaku.

“ Jangann..!!” keluhku lemah dan putus harapan, sambil bertahan buat tetaplah merapatkan ke- 2 kakiku, tetapi tenaga Pak Dedy

tambah lebih kokoh di banding dengan tenagaku.

Aku terhenyak waktu Pak Dedy

mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan sulit buat bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sesaat perutnya menempel diatas perutku.

“ Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!” rintihku sambil berupaya menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan, waktu kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.

“ Sakiitt..!” aku kembali mengerang waktu kepala penisnya mulai masuk kedalam liang vaginaku.

 

Aku tersentak bangun waktu kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring.“ Uhh.. Jam berapakah ini..!” gumamku lama- lama sambil berupaya buka mataku, aku masih senantiasa malas dan menginginkan kembali tidur, tetapi datang datang aku teringat jika hari ini aku mesti cepat- cepat berkemas dan berangkat, apabila tidak, aku pula hendak ketinggal pesawat.

 

Hari ini aku pula hendak berangkat ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja membagikan tugasku buat ikuti sebagian program pembelajaran di kantor cabang satu diantara kota di wilayah Jawa Tengah.

Namaku Aninta

tetapi rekan- rekan universal menyebutku Linda. Aku dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu kerabat kandung lelaki, instan seluruhnya kemauan dan kebutuhanku tetap dipadati oleh ke- 2 orang tuaku. Aku benar benar begitu di manja oleh mereka. Ayahku tiba dari negara Belanda, lagi ibuku tiba dari Menado, aku bersukur karna semacam wanita peranakan umumnya, aku pula berkembang jadi wanita yang mukanya lumayan menawan.

Saat ini ini usiaku 24 th., wajahku menawan dan kulitku putih lembut, rambutku lurus dan panjang sampai dibawah bahu, badanku pula tercantum pula besar dan ramping dipadukan dengan dimensi buah dada yang tercantum pula besar buat dimensi wanita seusiaku, ditambah sekali lagi, aku begitu giat melindungi badanku sendiri supaya penampilanku dapat senantiasa terbangun.

“ Wah.. Aku belum pula sempat potong rambut nih..” gumamku sambil senantiasa mematut diri dimuka kaca sambil kenakan bajuku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan pakaian putih berkerah, lalu aku campurkan dengan blazer coklat muda. Aku terasa nampak terus menjadi menawan dengan pakaian kesayanganku ini, buat aku lebih percaya diri.

Pendek cerita, aku telah datang di kota tempatku pula hendak bekerja. Aku lekas mengarah kantor cabangku karna aku mesti selekasnya melapor dan merampungkan pekerjaan. Sesampai dimuka kantor suasananya nampak begitu hening, di lobby kantor hanya nampak 2 orang satpam yang tengah bertugas, mereka mengatakan jika seluruh karyawan tengah terdapat kursus di gedung samping. Dan mereka pula mengatakan jika aku sudah dinanti oleh Pak Dedy

di ruangnya di lantai 2, Pak Dedy

ialah pimpinan kantor cabang di kota ini.

“ Selamat siang..! Kamu Aninta

kan..?” sambut Pak Dedy

ramah sambil mempersilakan aku duduk.

“ Iya Pak.. Tetapi aku universal di panggil Linda..” jawabku sopan.

Pak Dedy

kemudian memajukan sebagian persoalan kepadaku, sambil kadang- kadang bertanya keadaan sebagian pegawai di kantor pusat. Lumayan lama pula aku bicara dengan Pak Dedy, hampir 5 belas menit, walaupun sesungguhnya, aku mesti ke gedung samping buat ikuti diklat, tetapi Pak Dedy

senantiasa saja menahanku dengan mengajakku bicara.

Sesungguhnya aku sedikit risih melalui metode Pak Dedy

memandangku, mulutnya memanglah memajukan persoalan kepadaku, tetapi matanya senantiasa memandangi badanku, tatapannya semacam hendak menelanjangiku. Ia memerhatikanku dari mulai ujung kaki sampai ujung kepala, kadang- kadang pemikirannya tertumpu di sekitaran paha dan buah dadaku.

Aku agak menyesal karna hari ini aku kenakan rok yang agak pendek, sampai pahaku yang putih jadi sulit buat kusembunyikan. Basic mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tidak berapakah lama kemudian pembicaraan kami pula usai dan Pak Dedy

beranjak ke arah pintu mempersilakanku buat ikuti diklat di gedung samping.

“ Terima kasih Pak.. Aku permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu.

Perasaanku lekas lega karna dari barusan aku sangatlah risih dengan pemikiran mata Pak Dedy

yang semacam hendak menelanku bundar bundar. Pak Dedy

membukakan pintu untukku, aku pula berterima kasih sambil jalur lewat pintu itu.

Tetapi aku kaget tidaklah kepalang waktu datang datang rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Dedy, sampai aku kembali tertarik masuk ke ruang itu, lalu Pak Dedy

mendorongku dengan keras sampai aku jatuh terjerembab diatas kursi tempat barusan aku duduk dan bicara dengan Pak Dedy.

“ Apa yang Bapak kerjakan..?? Mau apa Bapak..?” jeritku 1/ 2 bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit sebab rambutku dijambak cocok sama itu.

Pak Dedy

tidak menanggapi, ia jadi mendekatiku lebih dahulu sehabis tutup pintu ruangnya. Sedetik kemudian ia telah menyergap, mendekap dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitaran wajahku waktu Pak Dedy

berupaya menciumi bibirku

“ Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku sambil memalingkan wajahku jauhi terkaman mulutnya.

“ Diam..!!” bentaknya meneror sambil mempererat pelukannya pada badanku.

Aku senantiasa meronta sambil memukulkan ke- 2 tanganku ke atas pundaknya, berupaya melepas diri dari dekapannya, tetapi Pak Dedy

senantiasa menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal sengal karna tertekan oleh tubuhnya. Apalagi pula dikala ini Pak Dedy

telah mengangkut badanku, ia menggendongku sambil tetaplah mendekap pinggangku, lalu ia menjatuhkan dianya dan badanku diatas kursi dengan tempat aku terletak di sisi dasar, sampai dikala ini badanku terhimpit oleh tubuhnya.

Aku senantiasa menjerit dan meronta, berupaya keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya dengan lututku hingga buat tubuhnya terjajar ke balik. Ia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu buat lari ke arah pintu.

Aku hampir sampai di pintu keluar waktu badanku kembali tertarik ke balik, warnanya Pak Dedy

berhasil mencapai blazerku dan menariknya hingga lepas dari badanku, tidak lama setelah itu aku sudah terdapat didalam dekapannya kembali.

“ Bajingann..! Bebaskan aku..!” jeritku sambil memakinya.

Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pula sudah mulai parau, Pak Dedy

masih senantiasa senantiasa memelukku dari balik sambil mulutnya berupaya menciumi leher dan tengkukku, sesaat tangannya menelikung ke- 2 tanganku, buat tanganku tertekan dan tidak dapat bergerak.

“ Jangann..! Biadab.. Bebaskan sayaa..!” aku kembali menjerit parau. Cerita Selingkuh

Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku, waktu tangan Pak Dedy

membetot keras pakaian putihku, buat seluruh kancingnya lepas dan berjatuhan diatas lantai. Dikala ini tubuh sisi atasku jadi 1/ 2 terbuka, mata Pak Dedy

kian melotot amati buah dadaku yang masih senantiasa terlindung dibalik bra hitamku, setelah itu, ia menarik pakaian yang masih senantiasa menempel di bahuku, dan senantiasa menariknya sampai menuruni lenganku, sampai pada kesimpulannya Pak Dedy

menggerakkan tangannya, melemparkan pakaian putihku yang telah lepas dari badanku.

“ Lepasskann..!!” jeritku waktu satu tangannya mulai bergerak meremasi samping payudaraku.

Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tetapi ia tidak menyudahi, tangannya jadi kian keras meremas buah dadaku. Seluruh badanku bergetar keras waktu Pak Dedy

menyelinapkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan agresif, sambil kadang- kadang menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya, sesaat mulutnya senantiasa menjilati leherku dengan buas.

Pak Dedy

sudah pula hendak menarik terlepas bra yang kukenakan, waktu kala yang berbarengan pintu depan ruangnya terbuka, dan keluar seorang lelaki dengan muka yang nampak kaget.

“ Terdapat apa nih Pak Dedy..?” serunya, sambil memandangi badanku.

“ Lepaskan aku.. Pak..! Tolong aku..! Pak Dedy

pula hendak memperkosa aku..!” jeritku meminta pertolongan dari orang itu.

Perasaanku sedikit lega waktu lelaki itu keluar, aku mengharapkan ia pula hendak menolongku. Tetapi perkiraanku tampaknya salah..

“ Wah Pak.. Terdapat benda baru sekali lagi nih. Menawan pula..!” seru lelaki itu sambil jalur mendekati kami, aku lekas lemas mendengar kata- katanya, tampaknya lelaki ini sama bejatnya dengan Pak Dedy.

“ Terdapat acara kecil..! Kilat Han.!! Lu pegangi ia..! Wanita ini binal banget” jawab Pak Dedy

sambil tetaplah mendekap badanku yang masih senantiasa senantiasa berupaya meronta.

Sedetik kemudian lelaki itu sudah terdapat di depanku, tangannya lekas mencapai dan merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan badanku, aku betul- betul tidak dapat bergerak, tertekan oleh lelaki itu dan Pak Dedy

yang terdapat di belakangku, lalu tangannya bergerak ke arah bra- ku, dan dengan sekali sentak, ia berhasil merenggut bra itu dari badanku.

“ Tidak.. Tidak..! Janganlah kerjakan..!!” jeritku takut.

Tangisku meledak, aku demikian ketakutan dan putus harapan hingga seluruh bulu kudukku merinding, dan aku kian gemetar ketakutan waktu lelaki yang tampaknya bernama Burhan itu mengambil langkah ke balik, sedikit menjauhiku, ia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka, pemikirannya semacam hendak melahap habis payudaraku.

“ Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya sambil senantiasa memandangi ke- 2 buah dadaku yang menggantung leluasa.

Setelah itu ia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sesaat tangannya lekas mencengkeram buah dadaku dan meremasnya dengan agresif. Nada tangisanku lekas menyudahi waktu mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur didalam mulutku, berupaya mencapai lidahku. Aku tercekat waktu tangannya bergerak ke arah selangkanganku, menyelinap ke balik rokku, aku lekas tersentak kaget waktu tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa- sisa tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Burhan.

“ Tidak.! Tidak..! Bebaskan aku.. Bajingan kamu..!” aku menjerit sambil menendang- nendangkan kakiku berupaya menjauhi lelaki itu dari badanku.

“ Ouh.. Ssakit..!!” keluhku waktu Pak Dedy

yang terdapat di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap muka Pak Dedy, aku meminta supaya ia melepaskanku.

“ Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Aku.. Mohon.. Bebaskan aku..” ucapku mengharap belas kasihannya.

Kondisiku waktu itu sudah betul- betul berhamburan, tubuh sisi atasku sudah betul- betul telanjang, buat ke- 2 payudaraku nampak menggantung dan tidak hendak tertutup oleh apa juga. Aku begitu khawatir, mereka terus menjadi lebih bernafsu sekali lagi amati keadaan badanku yang sudah 1/ 2 telanjang ini, terlebih saat ini ini badanku tengah ditelikung oleh Pak Dedy

dari balik hingga tempat itu buat dadaku jadi terdorong ke depan dan automatis buah dadaku pula ikut membusung.

Sebagian waktu kemudian Pak Dedy

datang datang mengendorkan dekapannya pada badanku dan pada kesimpulannya ia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya jika Pak Dedy

mau melepaskanku, walaupun sesungguhnya waktu itu aku sangatlah putus harapan, aku sadar aku hampir mustahil lolos dari tekanan ke- 2 lelaki itu.

Tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu, aku lekas lari secepat- cepatnya ke arah pintu, tetapi bebrapa sekali lagi aku kalah kilat, Pak Burhan sudah membatasi di depanku dan lekas menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.

“ Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku meringik kesakitan.

Kupegangi perutku, dikala itu pula, aku lekas jatuh terduduk, nafasku tersengal- sengal menahan sakit yang tidak terkira. Belum pula lenyap rasa sakitku, mereka berdua lekas menyerbu ke arahku.

“ Pegangi tangannya Han..!!” seru Pak Dedy

sambil mendesak badanku sampai aku jatuh terjengkang diatas lantai.

Dikala itu pula Pak Burhan sudah terdapat diatas kepalaku dan mencengkeram ke- 2 tanganku, sesaat Pak Dedy

terdapat dibawah badanku, mendekap ke- 2 kakiku yang berupaya menendangnya. Ia sudah semacam kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stokingku dan mencabik cabik rok yang kukenakan dan pada kesimpulannya ia merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari ke- 2 kakiku dan melemparkannya ke lantai.

“ Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Janganlah perkosa sayaa..!” jeritanku terus menjadi keras di sela- sela keputusasaan.

Aku sudah tidak sanggup sekali lagi menahan mereka yang kelihatannya kian bernafsu buat memperkosaku, air mataku terus menjadi deras mengalir membasahi ke- 2 pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku lekas bergidik, aku tidak sanggup memikirkan apabila hari ini aku pula hendak diperkosa oleh mereka.

“ Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” aku menjerit histeris waktu Pak Dedy

melepas pegangannya pada ke- 2 kakiku.

Ia berdiri sambil melepas bajunya sendiri dengan begitu tergesa- gesa. Aku sadar, lelaki ini sebentar sekali lagi pula hendak menggagahiku. Dikala itu pula kurapatkan ke- 2 kakiku dan kutarik ke atas hingga menutupi sebagian dadaku, sesaat ke- 2 tanganku senantiasa masih di dekap erat oleh Pak Burhan. Datang datang Pak Dedy

berjongkok, ia lekas menarik ke- 2 kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya diantara ke- 2 pangkal pahaku.

“ Jangann..!!” keluhku lemah dan putus harapan, sambil bertahan buat tetaplah merapatkan ke- 2 kakiku, tetapi tenaga Pak Dedy

tambah lebih kokoh di banding dengan tenagaku.

Aku terhenyak waktu Pak Dedy

mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan sulit buat bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sesaat perutnya menempel diatas perutku.

“ Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!” rintihku sambil berupaya menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan, waktu kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.

“ Sakiitt..!” aku kembali mengerang waktu kepala penisnya mulai masuk kedalam liang vaginaku.

Berbarengan dengan itu, tangan Pak Dedy

bergerak, menjambak rambutku dan menariknya sampai kepalaku terdongak, kemudian Pak Dedy

dengan agresif melumat bibirku sambil senantiasa mengutamakan tubuhnya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang luar biasa didalam liang vaginaku waktu batang penisnya senantiasa melesak masuk menghunjam kedalam lubang kemaluanku

“ Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!” aku kembali menjerit dengan keras waktu batang penisnya menembus dan merobek selaput daraku.

Badanku melenting ke atas menahan sakit yang sangat begitu. Kuangkat kakiku dan kutendang- tendangkan, aku berupaya tutup ke- 2 kakiku, tetapi tetaplah saja batang penis itu tenggelam didalam vaginaku. Aku betul- betul tersiksa dengan kesakitan yang mengenai vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri dan ke kanan, buat sebagian wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak dan seluruh badanku mengejang hebat. Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan sakit dan ngilu, nafasku semacam tercekat di kerongkongan dan tanpa terdapat sadar kucengkeram keras tangan Pak Burhan yang tengah memegang ke- 2 tanganku.

Aku masih senantiasa senantiasa merintih dan menangis, aku senantiasa berupaya menendang- nendangkan ke- 2 kakiku waktu Pak Dedy

menarik batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya saja yang terdapat didalam liang vaginaku, lalu menghunjamkannya kembali kedalam liang rahimku. Pak Dedy

sudah betul- betul kesetanan, ia tidak perduli melihatku yang demikian kesakitan, ia senantiasa bergerak dengan keras didalam badanku, memompaku dengan agresif hingga buat badanku ikut terguncang turun naik ikuti pergerakan tubuhnya.

“ Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!” jeritanku melemah waktu kurasakan pergerakannya terus menjadi kilat dan agresif didalam liang kemaluanku, buat badanku terus menjadi terguncang dengan keras, buah dadaku pula ikut mengeletar.

Kemudian Pak Dedy

mendaratkan mulutnya di buah dadaku, menciumi dan mengulum puting payudaraku, kadang- kadang ia menggigit puting buah dadaku dengan giginya, buat aku kembali terpekik dan melenguh kesakitan. Kemudian mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan kembali melumat bibirku, aku hanya bisa diam dan pasrah waktu lidahnya masuk dan menari- nari didalam mulutku, kelihatannya ia begitu bahagia karna telah berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku.

Lama- lama ia hentikan pergerakannya memompa badanku, melesakkan kemaluannya didalam liang vaginaku dan menahannya disitu sambil tetaplah memelukku dengan erat. Setelah itu ia turunkan mulutnya ke sekitaran leher dan pundakku, menjilatinya dan kemudian menyedot leherku dengan keras, buat aku melenguh kesakitan. Lumayan lama Pak Dedy

menahan penisnya didalam liang kemaluanku, dan aku dapat rasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh bilik liang vaginaku, lalu ia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku lama- lama pelan, lalu kilat dan agresif, demikian kesekian ulang. Kelihatannya Pak Dedy

begitu nikmati pemerkosaannya pada diriku.

Aku meringis sambil tetaplah pejamkan ke- 2 mataku, masing- masing pergerakan dan hunjaman penisnya merasa begitu menyiksa dan menyakiti seluruh badanku, sampai pada kesimpulannya kurasakan mulutnya terus menjadi keras menyedot leherku dan mulai menggigitnya, aku menjerit kesakitan, tetapi tangannya jadi menjambak dan meremas rambutku. Tubuhnya terus menjadi rapat menyatu dengan badanku, dadanya terus menjadi keras memencet buah dadaku, membuatku terus menjadi sulit bernafas, lalu ia mengatupkan ke- 2 kakiku dan menahannya dengan kakinya sambil senantiasa memompa badanku, kemaluannya bergerak terus menjadi kilat didalam vaginaku, kemudian ia merengkuh badanku dengan kokoh sampai betul- betul menyatu dengan tubuhnya.

Aku sadar Pak Dedy pula hendak berejakulasi didalam badanku, tiba- tiba aku jadi demikian takut dan ketakutan, aku tidak mau berbadan dua karna pemerkosaan ini, fikiranku jadi demikian kalut waktu kurasakan batang kemaluannya terus menjadi berdenyut- denyut tidak teratasi didalam liang rahimku.

“ Jangann..! Janganlah.. Didalam..! Lepasskan..!!” jeritku histeris waktu Pak Dedy

menghentakkan penisnya sekian kali lebih dahulu pada kesimpulannya ia membenamkanya didalam liang kemaluanku.

Seluruh tubuhnya mengencang dan ia mendengus keras, berbarengan dengan itu aku meraskan cairan hangat menyemprot dan membasahi liang rahimku, Pak Dedy

telah orgasme, menyemburkan mani buat mani kedalam vaginaku, buat bilik vaginaku yang baret terus menjadi merasa nyeri.

Aku meraung keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan seluruh otot- otot perutku, berupaya mendesak cairan spermanya biar keluar dari liang vaginaku, sampai pada kesimpulannya aku menyerah. Berbarengan dengan itu tubuh Pak Dedy

jatuh terbaring lemas diatas badanku setelah seluruh cairan spermanya isi dan membanjiri liang rahimku.

Mataku memandang kosong dan hampa, menerawang langit- langit ruang itu. Air mataku masih senantiasa mengalir, fikiranku kacau, aku tidak mengerti sekali lagi apa yang butuh kuperbuat setelah peristiwa ini, kesucianku telah terenggut, ke- 2 bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa depanku, tetapi yang lebih menakutkanku, gimana apabila nanti aku berbadan dua..! Aku kembali terisak meratapi penderitaanku.

Tetapi warnanya penderitaanku belum pula berakhir.

Pak Dedy bergerak bangun, melepas himpitannya dari badanku, aku kembali merintih, menahan nyeri waktu batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat terdapat bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitaran pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Dedy rayuanjanda.com

yang tengah jalur menjauhiku dengan pemikiran penuh dendam dan amarah.

Seluruh badanku merasa begitu lemah, kucoba buat bangun, tetapi Pak Burhan sudah terdapat di sampingku, ia menggerakan tangannya, menggulingkan badanku dan mulai menggumuli badanku yang menelungkup, aku diam tidak bergerak waktu Pak Burhan menciumi seluruh punggungku, tidak lama setelah itu ia bergerak ke arah balik badanku, merengkuh pinggangku dan menariknya ke balik. Aku terhenyak, badanku terbawa ke balik, lalu Pak Burhan mengangkut pinggulku ke atas, buat tempatku jadi 1/ 2 merangkak, kutopang badanku dengan ke- 2 tangan dan lututku, kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh wajahku, kepanikan kembali melandaku waktu kurasakan batang penisnya menempel dan bergesekan dengan bibir vaginaku.

“ Linda..! Kamu memanglah serius menawan dan seksi..” gumam Pak Burhan sambil tangannya meremasi pantatku, sesaat batang penisnya senantiasa menggesek- gesek di bibir vaginaku.

“ Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Sudah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit waktu kemaluannya mulai melesak masuk kedalam liang vaginaku.

Kuangkat punggung dan ke- 2 lututku, jauhi hunjaman batang penisnya, tetapi Pak Burhan senantiasa menahan badanku, memaksaku buat tetaplah membungkuk. Seluruh otot di punggungku mengencang, tanganku mengepal keras, aku betul- betul tidak kuasa menahan nyeri waktu penisnya senantiasa melesak masuk, menggesek bilik vaginaku yang masih senantiasa cedera dan baret sebab pemerkosaan awal barusan, kugigit bibirku sendiri waktu Pak Burhan mulai bergerak memompa badanku.

“ Lepasskan..! Sudah..! Hentikaann..!!” jeritku putus harapan.

Nafasku kembali tersengal sengal, tetapi Pak Burhan senantiasa memompaku dengan agresif sambil tangannya meremasi pantatku, kadang- kadang tangannya merengkuh pinggulku, menahan badanku yang berupaya merangkak menghindari tubuhnya, seluruh badanku kembali terguncang, terombang ambing oleh pergerakannya yang tengah memompaku.

Datang datang kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak Dedy

berjongkok di depanku, menggapai daguku dan mengangkatnya, Pak Dedy

tersenyum menatapku dengan muka penuh kemenangan, memandang buah dadaku yang menggantung dan menggeletar, meremasnya dengan agresif, lalu Pak Dedy

mendekatkan berwajah, menyibakkan rambutku yang tergerai, tidak lama setelah itu, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam, air mataku kembali meleleh waktu mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.

“ Ahh..!!” aku terpekik lama- lama waktu Pak Burhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kokoh.

Batang penisnya merasa berdenyut keras didalam lubang kemaluanku, lalu kurasakan cairan hangat kembali menyembur didalam liang rahimku, aku menyerah, aku sudah tidak miliki keahlian sekali lagi buat melawan, kubiarkan saja Pak Burhan menyemburkan dan isi liang kemaluanku dengan cairan spermanya.

“ Periihh..!!” rintihku lama- lama.

Pak burhan masih senantiasa sempat menghunjamkan kemaluannya sekian kali sekali lagi kedalam liang vaginaku, memakai sisa sisa ejakulasinya didalam liang rahimku lebih dahulu pada kesimpulannya ia menariknya keluar lewat bibir vaginaku yang kian merasa nyeri.

Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Aku terlempar ke samping, pandanganku berkunang kunang, lalu hitam. Aku jatuh pingsan. Waktu sadar aku miliki bebrapa photo telanjangku berhamburan di samping badanku dengan satu pesan..

“ Yakinkan..! Hanya Kita Bertiga yang Ketahui..!!”