Cerita Sex Hasrat Liar Anak Kolong Jembatan

Cerita Sex Hasrat Liar Anak Kolong Jembatan

Nama saya Arka , umur 28 tahun  . Saya tinggal di Universitas Negri di Bandung

Saya bekerja di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang minuman. Posisiku sekarang cukup tinggi, sebagai General meneger.

Meski pekerjaanku penuh tanggung jawab, aku masih Lajang

Cerita Sex Hasrat Liar Anak Kolong Jembatan. Cerita ini berawal ketika aku pulang kerja sekitar jam sebelas malam. Jalanan saat itu sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, sampai tiba-tiba di depan terlihat seorang ibu yang sedang menggandeng anak kecilnya di seberang jalan.

Aku kaget dan buru-buru menginjak rem, namun tetap saja mobilku sempat mengenai anak itu. Untungnya tidak terlalu keras, hanya membuat anak tersebut terjatuh dengan luka ringan di bagian pahanya. Dengan panik aku segera turun dari mobil dan mendekati mereka, sambil meminta maaf berulang kali. Saya juga langsung menawarkan untuk membawa anak itu ke rumah sakit.

Namun sang ibu menolak dengan halus. Ia mengatakan kalau luka yang dialami anaknya tidak parah, hanya sedikit lecet saja. Meski begitu, rasa bersalahku tetap besar malam itu. Aku tahu kejadian ini akan terus teringat dalam benakku, karena seandainya aku terlambat sedikit saja mencapai rem, mungkin akibatnya bisa jauh lebih buruk.

“Ya sudah Bu, sekarang biar aku antar pulang. Rumah Ibu di mana?” tanyaku dengan

Wanita itu menggeleng pelan.
“Bukan kamu

Aku heran mendengar jawaban itu. “Kenapa, Mbok? Ini sudah larut malam, tidak apa-apa kok kalau saya an

Namun si Mbok tidak segera menjawab. Ia hanya menunduk lesu, seolah sedang menyembunyikan sesuatu. Saat lingkungan mulai terbuka, tiba-tiba dari arah trotoar muncul seorang anak kecil sambil membawa seekor bekic

“Ini, Mbok… bekicotnya.Supaya luka Mbak Tika cepat se

Si Mbok tersenyum tipis, menerima bekicot tersebut, lalu memecahkan bagian ujung cangkangnya. Cairan yang keluar dioleskan perlahan pada paha gadis kecil yang rupanya bernama Tika

Setelah selesai, si Mbok langsung menggandeng Tika bersama adiknya, bersiap berangkat meninggalkan tempat itu. Tapi aku tidak rela membiarkan mereka berjalan

“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika sepanjang pincang”.
“Ngaak usah den, simbok..”.
“Kenapa Mbok, gak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..”.
“Simbok ini gak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.
“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk memaafkan kesalahanku karena menabrak Tika”.

Dari informasi yang saya dapatkan di dalam mobil selama perjalanan pulang, simbok ini ternyata ditinggak suami saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya saya kenal bernama Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4.

Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang tidak bisa melihat ada orang lain yang menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.

“Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.
“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.
“Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.

Mulai dari awal petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah saya selesai menonton acara TV yang membosankan, saya menuju ke kamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk ke kamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan tititku yang masih perjaka ini langsung berontak.

Setelah agak tenang, diterima langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang membuat aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan tititku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok tititku sambil memandangi klitoris dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani memecahkan teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.

Sedang asyik-asyiknya aku mengocok tititku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau berteriak dan untung saja aku cepat menutup mulut dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok tititku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok tititku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku memandang si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku melihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulang kali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini.

Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia berkata..
“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.
“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.
“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”.
“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.

Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku duduk di tepi kasurku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya sampai pinggang.
“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.

Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di lumpur empukku ini. Tangganku mulai aktif mengendurkan rambut, pipinya, bibir.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat diterima mengelus pahanya..
“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”.
“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah terangsang untuk verifikasi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika diterima mengelus-elus seluruh tubuhnya.

Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.

Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulai aku menyingkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi lho dan juga agak mengkilap.

Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik klitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya tidak kalah sama ibunya.
“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”.
“Tenang Nduk.. gak apa-apa.. Ndoro mau menyembuhkanin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”.
“Inggih.. Ndoro..”.
Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.
“Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”.
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku mengocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pantatnya.

Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawah sambil digoyang kekanan kiri.
“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”.
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan memegang seprei kasurku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..
“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”.
Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha keras untuk mengeluarkan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkan.

Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.
“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulut Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..”
“Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. Asal Ndoro nggak marahin Tika..”.
“Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.
“Iya Ndoro..”.

BACA JUGA : https://rayuanjanda.com/cerita-sex-godaan-manis-ibu-muda/

BAJA JUGA : https://rayuanjanda.com/cerita-sexku-bersama-pak-dewan/

Akhirnya aku keluarkan tititku yang sudah tegang. Begitu tititku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku melihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku melepaskan kedua tangannya, aku sodorkan tititku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.
“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!
“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya titit Nduk..”.
Kemudian kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.
“Nduk.. tititnya ndoromu ini diemut ya..”.
“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jelek Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.
“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.

Tika pun jongkok di antara pahaku dan mulai memasukkan tititku ke mulut yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang tititku mengenai giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.
Sambil Tika mengoral tititku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.
“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.
Sekitar 12 menit kemudian, saya merasakan tititku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok tititku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes dari mulut.

“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”.
“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.
“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak amis.

Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.
“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..”
“Mau Ndoro..”.

Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala tititku ke lubang surganya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.
“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..”
Aku sempat tarik ulur tititku di liang memeknya. Dan setelah merasakan mantap, aku tekan dengan keras. Aku merasakan ujung tititku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memaksakan memeknya dan aku melihat masih meringis sambil menggigit bibir bagian bawah.

“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulut Tika.
“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.
Sambil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu memperhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirpun kadang-kadang menggigit bibir bagian bawah dan jika aku melihat matanya terkadang hanya melihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.

Aku mulai merasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di penisku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-benar erotis. Saya yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangan pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo sudah terangsang ya. Aku tahu kok, gak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.

“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”
“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., tititku seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”.
“Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa gadis Nduk.. (lugu sekaliku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.

Aku sendiri sudah tidak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan tititku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan tititku.
“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.
“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”.
“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.
Kutekan keras-keras tititku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku ke dalam rahimnya.

Aku cabut tititku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.
“Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”.
Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku berperan. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur pulas. 

 

Bersambung.