Cerita Sex Kisahku Di Waktu SMA

 

 

Cerita Sex Kisahku Di Waktu SMA

Cerita Sex Kisahku Di Waktu SMA. Siang itu suasana di salah satu SMA negeri di Medan sangat hiruk-pikuk oleh ramainya pengumuman bagi siswa kelas 3 yang akan mengakhiri hari terakhir mereka di sekolah tercinta. Salah seorang gadis yang berbaju hitam abu dengan rambut panjang ikut berjubel diantara kerumunan murid-murid lainnya. Dia bernama natasya siswa kelas 3 jurusan IPS, dengan tinggi yang 167 cm memudahkan bagi dirinya untuk melihat papan pengumuman, tanpa harus berada di  terdepan.

natasya adalah pacarku ketika aku masih bekerja di sebuah Agent Pegadian di Medan, sebelum aku pindah ke Lombok untuk menjadi pemain musik di cafe. Dengan senyum kemenangan dia mendatangi aku yang sedang berdiri tak jauh dari tempat parkir sepeda motor.

“Bang Riven.. Aku lulus..,” teriaknya sembari memeluk aku.

Yang aku sambut dengan mengulurkan tangan dan mendekapnya erat.

“Syukur deh.. Sayang kamu bisa lulus” ujarku ikut gembira.

Sesuai rencana sebelum acara pengumuman, Natasya mengajaku ke Pantai Cermin apabila dia lulus. Sebagai ungkapan kegembiraannya atas berhasilnya dia menyelesaikan masa SMA dengan baik.

Tanpa menunggu waktu lagi aku dan Natasya berangkat ke Pantai cermin, yang kebetulan siang itu udaranya cukup segar dan memang sebagai lokasi wisata yang menawarkan pemandangan alam , Pantai cermin selalu sejuk, apalagi menjelang senja dinginnya sampai menusuk tulang.

Dengan mengendarai motor, aku menjalankannya tanpa perlu terburu-buru, karena aku nggak mau melewatkan saat-saat terindah berdua terlewatkan begitu saja. Tangan Natasya memeluk pinggangku erat, sesekali dia mencumbu belakang telingaku mesra. Tanpa terasa penisku yang berlapiskan celana jeans biru kesukaanku bergerak pelan, menandakan gejolak kelakianku mulai tergoda dengan adanya cumbuan-cumbuan Natasya yang lembut.

Perjalanan ke Pantai cermin melewati jalan yang berkelok-kelok, dikanan jalan ada pemandangan yang sangat indah dengan airnya yang jernih, tapi sayang sore itu udaranya agak berkabut, sehingga mengganggu jarak pandang kita.

Aku dan Natasya memutuskan untuk berhenti sesaat, sambil menikmati udara sore itu di Sebuah cafe kecil di tepian jalan yang pemandangannya langsung menghadap ke Pantai. Sambil memesan minuman hangat, aku mengeluarkan sebatang rokok kesukaanku dan menyalakannya sesaat, sebelum aku menghisapnya dalam-dalam.

Aku dan Natasya Duduk memilih duduk di tempat yang agak ke pojok, karena kebetulan juga tempatnya cukup menguntungkan buat menikmati pemandangan ke Pantai. Setelah menunggu beberapa saat minuman pesanan kita pun datang. Tanpa menunggu beberapa saat, sebelum pelayan pergi Natasya sudah terlebih dulu meminumnya hal ini di karenakan udara pegunungan yang berkabut sudah mulai terasa menusuk tulang belulang.

Dengan lembut aku memeluk Natasya yang nampaknya mulai kedinginan.

“Kamu kedinginan sayang?” Tanyaku

“Iyah nih Bang..” katanya pelan.

Sambil memeluk Natasya aku membisikan kata-kata mesra.

“Riven hangatkan yah sayang..!” kataku lembut di belakang telinga.

Natasya hanya tersenyum manis, tanpa berkomentar sambil mengedipkan matanya tanda setuju. Udara sepertinya sangat mendukung sekali sehingga aku dan Natasya semakin rapat berpelukan. Ketika ada keheningan sesaat diantara obrolan kita, tak pernah aku melewatkan untuk mengecup bibir Natasya yang ranum tanpa terpoles lisptick.

“Ohh.. Bang..” desahnya ketika kecupan lembutku mengantarkannya melambung.|rayuanjanda.com

Kemesraan kita di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, aku menggandeng tangan Natasya dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan mencari penginapan di sekitar Pantai Cerimin  yang memang sudah dekat dari cafe tersebut.

Tak lama berselang aku menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu cocok menurut kita berdua.
Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan acara live accustic musik.
Sengaja aku memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena aku juga pemain musik di cafe yang posisiku di band pemegang rythm sekaligus vokal.

Setelah urusan dengan resepsionist selesai, aku mengajak Udiyani berjalan ke arah kamar. Kamar kami sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram. Di dalam kamar aku langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan kita dari Medan sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.

“Bang.. Aku mau mandi dulu yah,” katanya.

“Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya,” sahutnya lagi.

“Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng,” godaku.

“Boleh.. Siapa takut..” tantangnya kemudian.

Dengan berlari kecil aku mengejar Natasya  yang sudah sampai di depan kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek.

“Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus” kataku kemudian.

“iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?”tanya Natasya mesra.

“Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower,” kataku lagi.

“Muaahh..” seketika Natasya mengecup bibirku lembut.

“Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku,” sahutnya lagi.|rayuanjanda.com

Dengan lembut aku mulai membuka seragam SMA Natasya yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya aku buka kancing atasnya secara perlahan, sambil aku memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona. Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah keindahan bukit Tetenya yang berukuran 36b itu mencuat keluar kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembari aku mengecup kecil bukit Teteknya yang lembut.

Tinggallah rok abu-abunya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup kembali bibirnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah. Kembali dengan perlahan aku membuka rok Natasya , yang aku awali dengan menurunkan ziper di belakangnya.

“Srett..” bunyi ziper roknya ketika aku turunkan.

Dengan sekali rengkuh, terlepaslah rok Natasya menyentuh lantai. Natasya  saat itu mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya.

Dengan kedua tangan aku melanjutkam menurunkan CD hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat dan membuat kelakianku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia sudah telanjang bulat di depanku.

Dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Natasya menggelinjang pelan.

“Ohh.. bangg..” desahnya pelan.

Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat kelakianku semakin menggelegak. Aku mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Natasya .

Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun. Terkadang terdengar desahan lembut Natasya yang menikmati setiap gerakan tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya.

“Ohh.. Bangg,” desahnya lembut.

Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras. Sengaja gerakan tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus menyabuni dan merangsang Tetek nya secara lembut.

Kembali desahan lembut terdengar olehku.

“ahh.. Bangg.. Teruskan”desahnya dengan mata terpejam.

Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan berakhir di daerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi menyerupai bentuk CD. Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku, kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vaginanya dengan lembut. Sesekali tanganku menyentuh clitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Natasya .

“Eeehhhh..” desisnya pelan.

Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu. Setelah semua bagian tubuh Natasya penuh dengan busa sabun, kembali aku menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.

“Makasih ya.. bang.. sudah di manjain,” katanya pelan.

“Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu,” jawabku mesra.

Kemudian aku memeluk tubuh Natasya mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran bathtub.
Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh, aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu kakinya di pinggiran bathtub. Lidahku mencumbu seluruh permukaan kakinya yang kemudian aku lanjutkan dengan menghisap lembut jemari kakinya yang lentik dan wangi itu.

Natasya terpejam menerima perlakuanku yang begitu lembut, sehingga melambungkan nafsunya yang memang sudah sangat terangsang sejak awal. Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus. Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Natasya menerima rangsangan dariku.

Dengan kedua tanganku aku mulai menyibak vaginanya yang aromanya khas sekali, dan kemudian aku julurkan lidahku yang basah ke permukaan clitorisnya yang mulai menonjol pelan. Kembali tubuh Udiyani mengelinjang pelan penuh kenikmatan menerima perlakuan ini.

“Ahh.. Sshh.. Bangg,” desahnya tak teratur.

Aku tahu kalau Natasya begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual. Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan lidaku menerobos liang memeknya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan yang keluar dari memek nya. Tiba-tiba gerakan tangan Natasya begitu cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan vaginanya.

“Ohh.. bangg.. Aku mau keluar,” teriaknya kecil.

Tanpa berhenti gerakan lidahku terus menerobos semakin ke dalam dan ini menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan teriakannya yang panjang.

“Ohh.. bangg..” Natasya mendesah lembut.

Setelah mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya, aku memberikan kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak, sambil aku berdiri menutup kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian aku berjalan ke pinggiran bathtub dan duduk disamping Natasya untuk mencumbunya kembali. Perlahan tubuh Natasya merosot ke bawah ke arah selangkanganku dan dengan gerakan lembut mulutnya melahap ujung kontolku yang memang sudah sangat keras dari permainan awal.

Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga mulut miliknya yang mungil. Aku mendesah lembut menerima perlakuannya ini.

“Ohh.. Sayang.. Enak sekali,” desahku dengan nafas tertahan.

Selanjutnya dengan lembut aku angkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya untuk membelakangiku. Dengan lembut tanganku meremas payudaranya dari belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk. Natasya melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di lubang memek nya yang sudah basah oleh lendir. Perlahan Natasya menurunkan pinggulnya secara lembut, maka melesaklah seluruh batang penisku yang sudah mencapai ereksi maksimal.

“Ohh.. ssssh,” desah kami berbarengan.

Setelah penisku menembus bagian dalam vaginanya. Tanganku kembali meremas kedua payudaranya dari belakang dan lidahku menjilati punggungnya yang penuh dengan butir-butir air. Jemari tanganku yang kiri memilin ujung putingnya yang keras dan ini membuat bibirnya mendesah pelan.

“Ssshh..” desahnya penuh erotis.

Sementara tangan kananku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Aku mengulum bibirnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut. Natasya tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama dengan gerakan pinggulku yang menghujam vaginanya lebih dalam.

Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan kami sesekali terdengar. Dan ini menimbulkan kesan erotis tersendiri buat kita. Setelah beberapa saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Natasya bergetar dan semakin cepat gerakan pinggulnya.

“bangg.. Aku mau keluar,” teriaknya.

“Kita keluarkan bersama sayang..” sahutku

“Aku juga mau keluar nih,” timpalku lagi.

Kembali tanganku menarik wajahnya dan mengulum bibirnya dengan lembut. Dan tanganku satunya memilin ujung puting Tetek nya. Dengan erat aku memeluk tubuhnya begitu aku merasakan cairan hangat menyirami batang kontolku. Dan tak berlangsung lama kontolku juga menyemburkan sperma ke dalam rongga memek nya.

“ohh.. bangg.. Aku keluar,” teriaknya bergetar.

“Aku juga.. Sayangg..” dengan nafas tak teratur.

Masih dengan posisi aku memeluk tubuhnya dari belakang aku mengulum bibirnya kembali sampai tetes terakhir spermaku dan di akhiri dengan mengecilnya penisku di dalam memek Natasya . Percintaanku dan Natasya berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu pengunjungnya cukup ramai.

 

Baca juga:https://rayuanjanda.com/cerita-sex-pesta-besar-untuk-chika/

 

Selama makan malam berlangsung aku memilih meja yang meghadap langsung ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung. Di atas meja aku nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam kami. Malam itu semakin berkesan buat Natasya , karena aku menyumbangkan sebuah lagu karanganku di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang sengaja khusus , Cukup romantis bukan yang apa telah kulakukan terhadap Natasya .

Bersambung.