
Cerita Seks Nafsuku Susah ditahan
Cerita Sex Nafsuku Susah ditahan– Dikala Saya lagi menonton televisi dikamar, dikala itu pula Nadia baru keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur, serta ia saat sebelum tidur selalu menyempatkan diri membuat mencuci muka, kamar tidur kami memanglah dilengkapi dengan kamar madni dalam serta Televisi, sehingga kami dapat tidur sambil berbaring, dikala ini Nadia lagi tiduran di sampingku serta ia ingin menutup mata buat tidur.
“ Nadia ! Kok langsung tidur sih?”
“ Milimeter..?”
Nadia membuka matanya. Kemudian dia duduk serta melihat ke depan. Setelah itu dia tersenyum manis. Woow.. tititku terus membeku. Nadia mendekatkan mukanya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membekukan wajahku. Jantungku berdetak kencang. Kurangkul badannya yang kecil serta hangat. Terasa aman sekali. Nadia mencium pipiku.” Cupp..!”
“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya lama-lama.
Kemudian dia kembali tiduran serta memejamkan mata. tidur! Nah lho? Sial benar. Hanya begitu saja? Saya terbengong sebagian dikala.
” Nadia ! Faayy..!” saya mengejutkan- mengguncang badannya.
“Umm.. udah maleem.. Nadia ngantuk niih..”
Jika demikian, itu saja. Dia tidak ingin bangun. Sementara itu saya lagi birahi besar serta perlu pernyaluran. Sang “ujang” masih tegang serta penasaran memohon jatah.
Cerita Berusia Nafsuku Susah ditahan
Begitulah Nadia . Selaku istri, ia nyaris sempurna. Wajah serta fisiknya lezat dilihat, sifatnya baik serta menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku tiap hari sangat lumayan. Hanya saja, jika di tempat tidur ia sangat“ hemat”.
Nafsuku terbilang besar. Sebaliknya Nadia, entah mengapa (menurutku) nyaris tidak memiliki nafsu seks. Tidak heran walaupun sudah setahun lebih kami menikah, hingga dikala ini kami belum memiliki anak. Buat pelampiasan, saya terkadang selingkuh dengan perempuan lain. Nadia bukannya tidak tahu. Tetapi kenyataannya ia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Nafsuku susah ditahan. Rasanya mau kupaksa saja Nadia buat melayaniku. Tetapi memandang mukanya yang lagi pulas, saya jadi tidak tega. Kuciumrambutnya. Kesimpulannya kuputuskan buat tidur sambil memeluk Nadia. Siapa yang tahu dalam mimpi, Nadia ingin memuaskanku? Hehehe..
Esoknya dikala jam rehat kantor, saya makan siang di Citraland Mall. Tidak disangka, disitu saya berjumpa dengan Ami, sahabatku serta Nadia semasa kuliah dulu. Kulihat Ami bersama dengan seseorang perempuan yang mirip dengannya. Singatku, Ami tidak memiliki adik. Nyatanya sehabis kami diperkenalkan, perempuan itu merupakan adik sepupu Ami. Fita namanya. Heranjuga saya, kok kerabat sepupu dapat semirip itu ya? Singkatnya, kesimpulannya kami makan satu meja.
Sembari makan, kami menjorok. Nyatanya Fita semacam pula Ami, tipe yangmudah akrab dengan orang baru. Teruji dia tidak aneh denganku. Saat saya bertanya tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa kuliah), Ami bilang kalau Joe lagi berangkat ke Surabaya dekat dua minggu yang kemudian membuat sesuatu yang penting.
“Sangat pula disitu ia wanita utama!” begitu pendapat Ami. Saya cuma manggut- manggut saja. Saya tahu baik dengan Joe, dan bukan halyang aneh jika Joe ada utama dengan perempuan lain disitu. Dikala Fita izin buat ke wc, Ami langsung bertanya padaku.” Van, loe ama Nadia gimana?”
“ Baek. Kenapa?”
“ Dari dahulu loe itu kan pula populer suka main wanita. Kok bisa ya akur ama Nadia ?” Saya diam saja.
Saya serta Nadia memanglah cukup akur. Tetapi di tumpukan sampah jelas terdapat permasalahan. Jika dituruti nafsuku, tentu tiap hari aku memohon jatah dari Naya. Tetapi jika Naya dituruti, sangat hebat sebulan dijatah 4 ataupun 5 kali!
Itu pula wajib main paksa. Seingatku sempat terjadi dalam sebulan saya hanya 2 kali dijatah Nadia. Jelas saja saya selingkuh! Mana yang tahan?
“Kok bisa, Van?” persoalan Ami membuyarkan lamunanku.
“ Tidak kok..”
“Loe lagi punya permasalahannya ya?”
“ Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Ami menekan.
Kulirik Ami. Wuih, nafsuku timbul. Saya jadi teringat saat acara di rumah Joe. Sebab nafsuku telah hingga ke ubun-ubun, hingga ide sehatku juga lenyap.
“Cerita doong..!” Ami kembali menekan.
“ Mi.., loe ingin acara “assoy” lagi tidak?” saya mengawali. Ami terlihat kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami. Aduh.., sepertinya dia marah.
” Maaf! Maaf! Aku tidak sungguh-sungguh.. maaf yaa..” aku sedikit panik.
Seketika Ami tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya permasalahan deh.. Oke, nanti sore kita ketemulagi di mari ya? Gue pula di rumah tidak ada kerjaan.”
Dikala itu Fita kembali dari wc. Kami melanjutkan sebentar, sehabis itu saya kembali ke kantor.
Jam 5 sore saya kembali kantor, serta langsung menuju ke tempat yang menjanjikan. Hampir 10 menit saya menunggu saat sebelum kesimpulannya genggaman teleponku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana saya berada. Setelahbertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disitu. Di jalur Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Van, kamu perlu seks lagi ya?”
Saya kaget pula ditanya semacam itu.” Iktad loe?”
“ Loe tidak harus malu ama gue. Emangnya Nadia kenapa?”
Saya menghela napas. Kesimpulannya kuputuskan buat menghasilkan uneg- unegku.
“ Mi.. Nadia itu sulit banget.. dia bener- bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia.Tetapi dia nyaris tidak sempat ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue perlu enyaluran dong!
Untung tubuhnya kecil, jadi kadang-kadang saya paksa ia.”
Ami tertawa.” Artinya loe perkosa ia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”
“Ia tidak marah kok.Lagi gue perkosanya tidak agresif.”
“Mana terdapat perkosa yang tidak agresif?” Ami tertawa lagi.” Serta kalo dia tidak marah, perkosa aja dia masing-masing hari.”
“Kasian pula kalo diperkosa masing-masing hari. Gue gak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya pula kepepet.. Udah deh.. gak usah ngomongin Nadia lagi ya?”
“ Oke.. kita pula nyaris sampai nih..”
Saya dia. Nyatanya Ami menuju ke suatu apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi saya tidak menyadarinya.
“Mi, apartemen siapa nih?”
“ Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”
Fita menyongsong kami berdua. Sehabis itu saya menunggu di suatu sofa, sedangkan Fita serta Ami masuk ke kamar. Tidak lama setelah itu Ami memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Serta kala saya masuk, ya
“ujang” langsung terbangun, karena kulihat Ami serta Fita tidak mengenakan baju yang sama sekali. Mataku tidak berkedip memandang panorama alam menakjubkan itu. 2 perempuan yang menawan yang mukanya mirip lagi bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa saya?
“Kok bengong Van? Katanya loe lagi perlu? Mari mari..!” panggil Ami lembut.
Saya bagi bagai bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di kasur.
“ Mari tiduran disini, Mas Ivan.”
Saya tiduran di kasur dengan berbantalan paha Fita. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian dasar buah dada Fita yang menggantung memesona. Ukurannya cukup pula. Fita langsung melucuti baju atasku, sedangkan Ami melucuti pakaianku bagian dasar, hingga kesimpulannya saya betul- betul telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menunjukkan nafsuku yang bergolak.
“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.
Setelah itu Ami menjepit kemaluanku dengan kedua Teteknya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu di kemaluanku. Rasanya betul- betul aman. Kulihat Ami tersenyum padaku. Saya hanya mengamati bagaimana kedua buah dada Ami yang lagi digunakan untuk memijat batang tititku.
“Lezat kan, Van?” Ami bertanya.
Saya mengangguk. Lezat banget. Lembut..”
Fita mencapai serta memandu kedua dengan tangan buat menggenggam Teteknya . Ia membungkuk, sehingga kedua Teteknya menggantung leluasa di depan wajahku.” Van, perah susu, tebak ya?” pintanya bandel. Saya dengan senang hati melaksanakannya. Kuperah kedua susunya semacam memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.
BACA Pula:
“Dahulu diwaktu acara di rumah gue, titit loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ami, serta setelah itu dengan kilatan lidahnya menjulur menjilat sang “ujang” pas di bagian dasar lubangnya.
Saya langsung merinding keenakan dibuatnya. Serta sebagian detik setelah itu kurasakan hangat, lembut, serta basah pada batang kemaluanku. Sang“ ujang” sudah terletak di dalam mulut Ami, tengah disedot serta dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Ami pula sesekali mengemut telur kembarku sehingga memunculkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami betul- betul membuatku terbuai, terlebih kala dia menyedot- nyedot ujung kemaluanku dengan kokoh. Enaknya tidak terlukiskan. Hingga kukira perlengkapan kelaminku berdenyut-denyut, siap buat membayangkan mani.
“ Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Ami terus menjadi intens mengulum serta menyedot, sehingga kesimpulannya kemaluankumenyemprotkan mani berulang kali ke dalam mulut Ami. Lamas badankudibuatnya. Tanganku yang beraksi pada buah dada Fita juga kesimpulannya menyudahi. Ami terus mengulum serta menyedot kemaluanku, sehinggamenimbulkan rasa ngilu yang sangat sangat. Saya tidak tahan dibuatnya.
“Aahh.. Ami.. udahan duluan dong..!”
“Kok cepet banget keluarnya?” ledeknya.
“ Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, sepanjang ini ditahan terus.” saya membela diri.
“Oke deh, kita rehat sebentar.”
Ami kemudian menindih tubuhku. Teteknya memencet dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku lambat- laun bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Ami sampai kesimpulannya saya menciptakan kenikmatan dagingnya. Kukubit pelan hingga Ami mendesah lama-lama. Kugunakan jari jempol serta telunjukku buat memainkan daging tersebut, sedangkan jari manisku kugunakan untuk mengeduk liang sanggamanya. Desahan Ami terus terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sedangkan itu Fita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fita mengosok- menggosok mulut serta leher sang “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menikmati nikmatnya.
Kali ini saya merasa lebih siap membuat tempur, sehingga langsung saja saya membalik tubuhku, menindih Ami yang saat ini jadi posisi telentang. Serta langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Ami mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Segala batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ami. Saya mulai mengocok maju mundur. Ami melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang lagi bersatu dalam kenikmatan bersetubuh. Ami menghasilkan berkata- berkata kecil, hingga kesimpulannya berteriak dikala menggapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kokoh sehabis lebih dahulu menggapai orgasme.
Kucabut batang kemaluanku dari Miss V Ami, serta langsung kuraih badan Fita. Buat mengistirahatkan sang “ujang”, saya memakai jari-jariku buat mengobok-obok Miss V Fita. Kugosok- menggosok klitorisnya sehingga Fita mengerang keras. Kujilati serta kugigit lembut sekujur Teteknya , kanandan kiri. Fita meremas rambutku, napasnya terengah-engah serta berburu. Saya rasa agak sedikit memicu Fita, saya siap buat hidangan utama.
Fita tampaknya sudah siap buat menerima seranganku, serta langsung mengambil gaya doggy. Memeknya yang dekorasi bulu- bulu keriting Terbaru telah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi tentu saja. Fita merintih- rintih keras dikala proses penetrasi berlangsung. Sehabis masuk segala tititku, kudiamkan sebagian dikala buat menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan Miss V Fita. Hangat sekali, lebih hangat dari kepunyaan Ami. Sehabis itu kumulai menyodok Fita maju mundur.
Fita memanglah berisik sekali! Dikala kami memainkan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tetapi saya suka pula mencermatinya. Kedua Teteknya bergelantungan bergerak liar bersamaan dengan gerakan kami. Kupikir sayang jika tidak dimanfaatkan, hingga kuraih saja kedua danging kenyal tersebut serta langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku terus menjadi memuncak, sehingga sodokanku terus menjadi kupercepat, membuat Fita terus menjadi keras menghasilkan suara.” Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.
Fita terkulai lemas, sedangkan saya terus menyetubuhinya. Sebagian dikala setelah itu saya merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“ Bugat.. gue ingin keluar nih..”
Fita langsung mengeluarkan kemaluannya dari kemaluanku, serta langsung mengulum kemaluanku sehingga kesimpulannya saya bercinta dengan spermaku di dalam mulut Fita, yang ditelan oleh Fita hingga habis.
Saya tiduran, biarlah. Nikmat serta puas sekali rasanya. Ami tiduran di sisiku. Teteknya terasa lembut serta hangat memegang lengan kananku. Fita masih mensterilkan batang kemaluanku dengan mulut.
” Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.
“ Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Fita percakapan percakapan kami. Kemudian dia menuju kamar mandi.
“Gue mulai pula sebab gue lagi pengen kok. Joe udah 2 pekan berangkat. Gak tau baliknya kapan.” Ami menarangkan.
“Tidak permasalahan kok. Gue pula emang perlu lagi sih. Lain kali pula gue tidak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh hanya sekali-sekali aja, Hanya pengen balas dendam ama Joe. Ia suka selingkuh pula sih! Beda permasalahannya ama loe!”
Saya diam saja. Ami bangkit dari tidur serta mengingatkanku.
“Udah hampir separuh 8 malem tuh.Nanti Nadia bimbang lho!”
Saya jadi sadar. Cepat- cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Sehabis pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland. Disitu kami berpisah, serta saya kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, pasti saja Nadia menanyakan darimana saja saya hingga malam belum kembali. Kujawab saja saya habis makan malam bersama sahabat.
“ Yaa.. sementara itu Nadia sudah siapin makan malem.” Nadia tampak kecewa. Sebenarnya saya belum makan malam. Saya lapar.
“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan ingin mandi dulu.” Kataku sambil mencium kening.
Nadia tampak bimbang, namun tidak mengatakan apa-apa.
Bersambung..