Cerita Sex Gairah Wanita Hamil Tua
Saya disuruh oleh Mamah mengambil jahitan di rumah Tante Chelsi. Esok sore ingin Mama gunakan buat kondangan ke acara perkawinan anak Oom Roni. Mama mengecilkan bagian pinggang pakaian kebayanya. Telah sebagian hari yang kemudian Mama bawa pakaian kebayanya itu ke rumah Tante Chelsi.
Tetapi waduhh.. saya malas ingin ke rumah Tante Chelsi.“ Mama aja deh yang ke situ..” kataku.
“ Mama melahirkan kalian susah- susah sampe berteriak- teriak kesakitan, tetapi suruh kalian ngambil pakaian Mama tidak hingga 15 menit aja, kalian tidak ingin!” omel Mama.
Akhir- akhir ini Mama memanglah suka cerewet. Mama tidak sempat berpikir gimana 21 tahun yang kemudian dia buat saya dengan Papa. Saya percaya Mama cuma berteriak sakit satu kali, ialah kala kontol Papa menerobos membongkar kegadisannya.
Sehabis itu, apa Mama masih sakit? Jika Mama masih sakit, anaknya tidak bisa jadi hingga 3 orang. Uggh, begitulah perempuan jika telah ingin masuk masa menopause, suka uring- uringan saja. Daripada tambah Mama terus menjadi naik darah, saya berjalan ke rumah Tante Chelsi.
Di depan rumah Tante Chelsi bergantung sebagian kandang burung kepunyaan Oom Kardono, suami Tante Chelsi. Saya tidak ketahui burung apa yang terdapat di kandang bagus- bagus berbagai warna tersebut.“ Burung” sendiri aja tidak sering saya urus, mengapa pengen tau“ burung” orang lain?
Yang membukakan pintu rumah buat saya nyatanya bukan Tante Chelsi, tetapi Andini, gadis tunggal Tante Chelsi yang telah menikah. Saya tahu baik dengan Andini, tetapi siang ini Andini yang lagi berbadan dua itu membuat saya terkaget- kaget.
Pakaiannya kaos bertali kecil di pundak serta celana pendek. Bukan cuma leher, paha serta kakinya yang lembut kuning langsat yang membuat saya terpana, tetapi perutnya yang buncit itu meluber keluar dari bagian dasar kaosnya sampai terlihat pusernya. Dia tidak terlihat canggung dengan saya.
“ Lho kok kalian terdapat di mari, Din?” tanyaku. Dia kakak kelas saya di SMA. Sehabis menikah, dia tinggal di luar wilayah turut suaminya.
“ Rencananya ingin melahirkan di mari. Mumpung terdapat Mami yang ngurusin…” jawabnya tersenyum.“ Tumben kemari? Mari masuk…”
“ Saya ingin ngambil jahitan Mama..” jawabku turut Andini masuk ke dalam rumah.
“ Tuh.. di meja, cari aja sendiri. Saya tidak tau mana pakaian Mamamu, Mami tidak terdapat di rumah, ke rumah Oom, istrinya wafat. Bisa jadi esok Mami baru pulang…”
“ Saya pula tidak tau mana pakaian Mamaku. Kemarin Mamaku yang membawa kemari sendiri, katanya sih kebaya…”
“ Kalo gitu, esok aja baru ngambil. Saat ini, duduk dahulu. Ingin minum apa kalian?”
“ Tidak harus minum apa- apa, terima kasih, Din. Mamaku ingin gunakan kebayanya esok.”
“ Kalian duduk dahulu, saya telepon Mami…” kata Andini masuk ke kamar.
Saya meletakkan pantatku duduk di kursi. Andini menelepon Maminya sedangkan saya duduk dengan risau membayangkan tetek Andini yang tidak gunakan bra serta perut buncitnya yang meluber keluar dari kaos tank- topnya yang pendek.
Sehabis telepon, Andini mengambil suatu bungkusan di meja. Nyatanya pakaian kebaya Mamaku telah disiapkan oleh Tante Chelsi. Tetapi begitu, Andini tidak mengizinkan saya buru- buru kembali.
“ Jabang balita di dalam perutku ini mau berkenalan dengan kalian, Har…” kata Andini memegang perutnya yang telanjang.
“ Ah, kalian dapat aja, Din…” kataku.
“ Kalo tidak yakin, coba saja kalian pegang perutku ini..” balas Andini melangkah mendekati saya. Perut Andini yang buncit berhadapan dengan wajahku.
“ Besar gitu telah berapa bulan sih?”
“ Ingin 7, seksi ya?”
Persoalan Andini membuat saya tersentak, tetapi saya menjawabnya dengan tenang.“ Wahh.. sangat!” ujarku.“ Saya tidak cuma ingin memegang, tetapi hendak kucium perutmu ini. Bila anakmu pria, nanti saya memiliki anak wanita, kita besanan, ya?”
Andini serta saya tertawa berbarengan. Kumajukan wajahku, kemudian kucium perut Andini yang membusung di depanku.“ Hmm… teruskan cium hingga ke dasar, Harr…” desah Andini, setelah itu dia merendahkan celana pendeknya semacam memberiku sinyal biar saya‘ menggarap’ badannya.
Sebab saya pula napsu sama ia, saya turuti permintaan Andini. Hidungku menjalar turun ke dasar. Nampak celana dalam pendek bercorak merah menggelantung di dasar perutnya. Tidak segan- segan lagi kutarik turun celana dalam Andini sampai nampak bulu kemaluan gelap menghiasi segitiga emasnya. Kucium bulu ikal agresif berujung runcing beraroma khas itu.
“ Harr…” desah Andini.
“ Libidomu lagi besar, ya? Ingin kucium seluruh badanmu?” tanyaku.
“ Kalian yang mengawali, kalian pula yang wajib mengakhiri.” jawab Andini.
“ Haa… haa…” kutarik Andini duduk di sampingku.“ Seandainya saya tidak kemari…?” tanyaku.
“ Kalian bukan anak Mama kan, jika berangkat kelamaan suka dicari?”
“ Mamaku telah ingin menopause, mengapa kutunguin?” jawabku.
“ Haa.. haa.. kita ngobrol dikamarku saja jika gitu…” ajak Andini tertawa lepas.
Lekas Andini bangun dari kursi melangkah ke pintu rumahnya yang terbuka. Kubangkit dari tempat dudukku menjajaki Andini yang telah mengunci pintu rumah, masuk ke kamarnya. Sesaat kami duduk di tepi tempat tidur, kami langsung berciuman bibir tanpa berbasa- basi lagi.
Nanti jika saya kembali ke rumah, saya pula hendak mencium Mamaku sepuas- puasnya. Warnanya ocehan Mama bawa keberuntungan bagiku. Cukup lama kami berciuman dengan posisi duduk. Terus tanganku mulai menjelajahi badan Andini dari lehernya saya usap terus hingga ke punggung serta pelan- pelan tanganku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos.
Uggh, montok banget. Memanglah perempuan jika lagi berbadan dua, payudaranya padat serta montok sekali, bisa jadi telah berisi ASI, tetapi belum dapat dikeluarkan. Setelah itu ciumanku menuju ke telinganya. Saya menjilat pelan balik telinganya.
“ Shhhh… ooohh… Harrr… ssshtt…” desis Andini.
Terus kujilat lehernya, Andini tambah mendesis. Jariku turut mengelus‘ niple’ nya. Badan Andini melemah, setelah itu kurebahkan Andini di tempat tidur. Andini pasrah saja kulepaskan kaos tank- top serta celana pendeknya. Andini yang cuma menggunakan celana dalam itu perutnya seksi sekali. Saya mencium perutnya sembari tanganku meremas payudaranya.
Sensasinya.. bro… waww…
Kala mulutmu mulai mengulum‘ niple’ nya,‘ niple’ nya keras sekali, ciri Andini telah terangsang. Tanganku turun meraba celana dalamnya serta mengusap celana dalam luarnya. Andini terengah- engah. Sembari mulutku masih mengenyot‘ niple’ nya, tanganku menyusup masuk ke celana dalamnya, serta mencari klitorisnya.
“ Ughh! Shhh.. ooggh! Uggh!” desahan Andini berganti jadi jeritan kecil sewaktu tanganku aktif bergerak di wilayah vaginanya.
Miss V Andini telah basah sekali. Setelah itu saya membuka celana dalamnya. Andini bertelanjang bundar di depan mataku bukan cuma khayalan. Hidungku dapat merasakan aroma vaginanya serta merasakan lendir yang meleleh keluar dari liang vaginanya itu rasanya gurih dikala lidahku menjilat sembari tanganku mengelus perutnya yang berbadan dua.
Terus saya memasukkan jari telunjukku ke dalam vaginanya. Jariku tidak berani dalam- dalam masuknya sebab khawatir mengusik kandungannya. Sambil lidahku menjilat klitorisnya telunjukku keluar- masuk vaginannya, lama- lama banget temponya. Andini tambah terangsang. Kepalaku diremas- remas saking nikmatnya jilatanku yang dirasakannya.
Sehabis sebagian dikala, saya mendengar nafas Andini tambah memburu serta tubuhnya mulai mengencang dan jepitan di vaginanya tambah erat. Terus tempo gerakan jariku agak kupercepat keluar- masuk vaginanya.
“ Harr.. saya ingin meledak..” bisiknya.
“ Ledakkan aja, saya tidak nahan kok…” jawabku masih dapat mencandai Andini.
Kujilat lagi klitoris Andini yang telah mekar jadi keras. Tangan Andini dengan kokoh memencet kepalaku. Jilatin terus kulakukan, saya sedot… saya telan seluruh cairan dari vaginanya dikala badan Andini mengejang semacam ingin menjelang ajal.
Andini orgasme, saya bangun membebaskan seluruh pakaianku. Kami berpelukan dengan telanjang semacam sejoli suami- istri sembari tanganku mengelus- elus perutnya yang seksi, serta Andini berbisik ke telingaku,:“ Boleh tidak kucium‘ adik’ mu?”
Ugh, saya langsung menelan ludah. Andini setelah itu bangun memegang kontolku, terus lidahnya mulai menari- nari di ujung kontolku sambil tangannya mengocok ngocoks dan berputar- putar dari pangkal hingga leher kontolku, gila… lezat abis, saya hingga mengerang kenikmatan.
Saya memegang kepala Andini serta bilang padanya jangan mainin adikku kelamaan,:“ Saya tidak ingin meledak di mulut kalian!” kataku.
Saya mengangkut kepalanya serta saya buat badannya terlentang. Terus kuposisikan badanku di antara kedua pahanya yang terbuka kemudian mulai memusatkan kontolku ke liang vaginanya. Seksi sekali tubuh Andini dilihat dari atas dengan perutnya yang membusung seksi. Saya pelan- pelan menusukkan kontolku. Warnanya liang Miss V Andini masih padat.
Dengan sedikit usaha kesimpulannya kontolku sukses merambah Miss V Andini. K9nt6lku masuk seluruhnya. Nikmat banget semacam terdapat yang gigit, mencengkram erat kontolku, hingga saya meringis saking nikmatnya. okewla.com
“ Jalannya masih kecil ini, suamimu tidak sering tengok calon anaknya ya, Din?” tanyaku.
“ Kalian tanyakan ia aja. Ia ngurus pekerjaannya saja dari pagi sampai tengah malam, makanya saya kembali ke sini…” jawab Andini dengan suara sewot.
Saya tidak ingin banyak tanya soal rumah tangga Andini. Perkenankan saja mereka berantem, saya tidak memiliki urusan. Pelan- pelan saya menggerakkan kontolku yang keras itu keluar- masuk dengan tempo yang saya atur.
Miss V Andini terasa menjepit erat kontolku. Saya wajib atur nafas buat melindungi biar saya tidak buru- buru meledak. Diiringi elusan, rabaan, serta ciuman dariku tubuh Andini mulai mengencang serta tangannya tambah erat mencengkram lenganku ciri dia ingin orgasme kembali.
Gerakanku percepat, tambah kilat! Serta saya pula mulai merasa telah ingin dekat ke ujung. Waktu merasa saya ingin keluar, Andini tambah keras mencengkram saya.“ Aahhhhhhh.. saya ingin meledakk…!” erangku.
Lahar panas saya menyembur kencang di dalam Miss V Andini. Dinsanya saya melayang- layang. Tidak ketahui lagi apa yang terjalin pada Andini, apakah dia turut orgasme ataupun tidak. Sehabis itu, saya tidak buru- buru mencabut kontolku. Kubiarkan kontolku merenggang sendiri di dalam Miss V Andini. Kemudian kucium perutnya, kucium bibirnya serta kucium ketiaknya.
“ Oohh… kalian buat saya edan sama kalian, Din…” kataku terengah- engah.
Andini mengajak saya mandi bareng. Saya menyabun tubuhnya dengan lembut, serta wilayah yang sangat lama saya sabuni merupakan wilayah perutnya. Saya usap lembut dengan gerakan memutar, turun- naik, Saya menikmati sensasinya.
Andini bertanya padaku,:“ Kalian suka perut saya ya?”
“ Iya, saya suka sama perempuan berbadan dua,” jawabku.
“ Terus.. kalo saya telah melahirkan, kalian telah tidak suka sama saya, dong?”
Saya cuma senyum tidak menanggapi, kemudian kucium bibirnya. Sekali lagi kami mengulangi cumbuan terlarang itu di kamar mandi.
Sesampai di rumah, saya sangat beruntung Mama tidak bertanya padaku. Yang berarti pakaian kebayanya yang hendak dipergunakannya esok sore telah terletak di tangannya. Malamnya saya cuma separuh tidur, setengahnya saya gunakan buat membayangkan Andini. Jika dia pengen jadi istriku, saya ingin deh. Gila… nikmat banget vaginanya…
Keesokan siangnya, Mama menyuruh saya jangan kemana- mana. Mama ingin memohon saya menemaninya kondangan, sebab Papa tidak keburu kembali dari kantor. Saya tidak dapat menjauh, kuturuti saja ajakan Mama.
Sorenya, berakhir saya rapi- rapi, mengenakan kemeja batik lengan panjang serta celana panjang resmi, bukan jins, saya menunggu Mama keluar dari kamar sembari duduk memandang adikku dengan satu temannya main PS di depan tv. Begitu Mama keluar dari kamar, sejoli mataku seolah- olah dibuatnya jadi kaku, tidak dapat dikedipkan.
Luar biasa!!!
Andini melalui!
Mama yang mengenakan kebaya dari bahan brokat bercorak merah marun itu, payudaranya yang putih lembut nyaris setengah terburai keluar dari bagian atas pakaian kebayanya. Pantatnya yang terbungkus kain ketat terlihat nonggeng, sangat semok serta bergoyang ke makin kemari dikala Mama berjalan mengenakan sandal hak besar.
Ufff… rasanya saya hingga sulit mengendalikan napasku. Andini yang masih bertubuh fresh saja tidak membuat saya hingga begitu, namun perempuan yang nyaris berumur 50 tahun ini sangat menggairahkan darah mudaku. Dinsanya saya mau memeluknya serta membuat cupang di payudaranya yang keluar dari bagian atas pakaian kebayanya itu.
“ Bengong aja…” kata Mama.
“ Mama seksi, sih…uff…”
“ Nanti Mama tutup dengan selendang…” ucap Mama tersenyum dengan bibirnya yang tipis dipoles lipstik bercorak merah.
Dinmbutnya disasak besar. Entah berapa botol hairspray sudah dihabiskannya. Tidak rugi, sebab Mama begitu cantiknya sore ini. Mama menjelma semacam seseorang perempuan berumur 30- an, bukan lagi seseorang perempuan yang ingin menopause dengan buah dada yang telah layu serta kendor.
Kami hingga dI tempat parkir mobil nyaris jam 7 malam. Turun dari mobil, Mama ingin menyelempangkan selendang ke bahunya, saya melarang Mama.“ Nanti kalian malu,” kata Mama.
“ Mengapa saya malu memiliki seseorang Mama yang menawan serta seksi?” jawabku.
Mama menggandeng tangan kananku berjalan ke lobby. Di lobby, kami di sambut oleh 3 pasang suami- istri. Sang suami mengenakan jas lengkap, sebaliknya istri mereka mengenakan gaun acara panjan dengan warna serta model yang seragam.okewla.com
Mama menyuruh saya menyerahkan amplop merah serta menulis novel tamu, kemudian kami diberi sovenir suatu kipas. Sehabis itu kami di arahkan ke suatu lapangan terbuka. Luasnya bisa jadi¾ lapangan sepak bola serta tamu undangan telah banyak.
Saya memandang meja santapan bertebaran di tiap sudut lapangan. Tetapi kami tidak boleh langsung mengambil santapan, sebab kegiatan belum diawali. Mama bersalaman dengan orang- orang yang dikenalnya, saya turut bersalaman, serta sampai- sampai terdapat yang bertanya pada Mama.“ Ini suami?” Bisa jadi orang itu belum tahu dengan Papa.
Tetapi saya bangga pula dibilang suami Mama. Mama mengajak saya berdiri di dasar sebatang tumbuhan yang rindang. Disana agak hitam, tetapi bukan cuma di tempat kami berdiri saja, melainkan nyaris segala lapangan hitam, kecuali pelaminan buat kedua mempelai serta kedua orang tua mereka. Di sana cerah benderang.
Mama tidak berdiri sendirian, tetapi Mama menggandeng terus tanganku. Dinsanya terus menjadi rapat saja, lenganku dapat merasakan benjolan payudaranya. Tetapi setelah itu saya diguncang oleh sejoli tamu yang umur mereka kira- kira semacam Mama serta berdiri cocok di depan saya serta Mama.
Mereka berciuman bibir, silih melumat serta saya memandang tangan sang laki- laki hingga meremas buah dada sang perempuan. Saya buru- buru menarik Mama menghindar dari kedua orang itu.“ Tadi memandang, Ma?” tanyaku.
“ Iya, kalian ingin begitu pula?” tanya Mama.“ Kasihan anak Mama. Cium nih bibir Mama.” kata Mama. Entah Mama bercanda ataupun beneran.
Walaupun Mama cuma bercanda, saya terus menjadi bergairah dengan Mama. Saya tidak sempat ingat lagi game seks saya dengan Andini kemarin siang.
Kami dekat 1 jam di tempat acara. Di dalam mobil, sehabis kuhidupkan mesin, saya memeluk pundak Mama. Mama dengan manjanya bersandar di bahuku. Saya mencium pipinya, kemudian dengan berani saya berbisik ke telinganya.“ Ma, anak Mama terasang sama Mama!”
Mama tersenyum, kemudian tangannya mengelus selangkanganku.“ Hmm…” desahnya.
Saya kaget pula, tetapi memandang sekitar mobil kami hening, tanpa banyak mikir lagi, langsung saya menunduk mengisap buah dada yang keluar dari bagian atas pakaian kebaya Mama.
“ Oohh… sayang, di mari nanti nampak orang, nanti di rumah saja!” bisik Mama dengan suara parau.
Saya membisu dengan Mama selama ekspedisi kembali. Sangat saya tidak nyangka, Mama ingin meladeni saya.
Kami hingga di rumah nyaris jam separuh 10 malam. Mama menemani saya memasukkan mobil ke garasi, sebaliknya Papa yang memarkir mobilnya di tepi jalur, belum nampak. Mama kemudian membuka pintu rumah dengan kunci yang dibawanya. Lampu ruangan telah digelapkan oleh adikku yang telah tidur di kamarnya tiap- tiap.
Mama mengunci kembali pintu rumah. Saya membebaskan kemeja batikku. Cuma menggunakan singlet serta masih mengenakan celana panjang, saya menghempaskan pantatku di kursi dalam kegelapan.
Sehabis Mama menaruh sandalnya di rak, Mama yang belum berubah baju turut duduk di sampingku. Mencium bau parfumnya membuat saya kembali terangsang.“ Tadi kalian makannya banyak tidak, sayang?” tanya Mama.
“ Tidak, hanya dikit!”
“ Mama makannya cukup banyak, makanannya enak- enak. Kandas deh diet Mama. Hmm… sayangg…” Mama menyandarkan kepalanya di bahuku.
Mendengar dia mendesah hmmm… sayang, saya tidak sanggup mengendalikan diriku lagi. Saya lekas menjulurkan tangan kiriku memeluk pundaknya, kemudian menunduk mencium bibirnya yang telah kehabisan lipstik. Mama sama sekali tidak menolak. Mama memejamkan matanya serta dia membuka mulutnya menjulurkan sedikit lidahnya, sedangkan tangannya berupaya menarik turun ritsleting celana panjangku.
Saya mengisap lidahnya, sedangkan tangan kananku membuka kancing pakaian kebayanya. Mama sukses menghasilkan kontolku yang tegang dari balik celana dalamku. Dia meremas serta mengocok kontolku pelan sembari bibirnya silih melumat dengan bibirku.
Kancing pakaian kebayanya saya lepaskan seluruh, kemudian kunaikkan BH- nya. Tanganku kemudian meremas buah dada Mama yang menggelantung kendor itu.‘ Niple’ nya yang kecil kupelintir pelan. Mulut Mama mengisap kokoh lidahku sembari hidungnya menghasilkan hawa mendengus- dengus. Saya terus saja memelintir‘ niple’ nya. Mama kemudian menarik lepas bibirnya dari bibirku.
Nafas Mama terengah- engah semacam dia barusan berlari ratusan km.“ Ooo… oooo… lepaskan Harr.. jangan diteruskan… Tidak tahaannn… Mama tidak tahan, Harr… Mamah tidak tahaaannnn….” desahnya.
Saya memeluk Mama erat- erat membiarkan dia orgasme. Saya malu pula sudah membuat Mama orgasme.“ Maaf ya, Ma.” bisikku.
Mama membebaskan dirinya dari pelukanku. Dia berdiri serta dengan kedua tangan menaikkan kainnya. Mama bukan mengenakan celana dalam, tetapi mengenakan korset. Dia membebaskan korsetnya. Mama melipat korsetnya kemudian ditaruh di kursi. Mama setelah itu mengatakan padaku,:“ Tidak harus dibuka semua…” kemudian Mama melangkahkan kakinya naik ke pahaku.
K9nt6lku yang tegang dipegangnya, setelah itu dia tekan ke lubang vaginanya. Sehabis itu, pelan- pelan Mama merendahkan badannya. Kontolku turut pelan- pelan tenggelam ke dalam Miss V Mama yang kering serta menjepit kontolku itu. Nikmat banget. Mama kemudian menyodorkan‘ niple’ nya ke bibirku.
Dikala saya mengisap‘ niple’ nya, Mama mengayunkan pantatnya maju- mundur memeras air maniku sembari kedua tangannya melingkar di leherku.“ Ooo… sshhss… ooogghh…” desahnya pelan. Cerita berusia ini di upload oleh web Rayuanjanda.com
Terus cerah, saya tidak dapat mengendalikan tempo game itu. Mama yang memegang kendali di atas. Kala saya telah merasa ingin klimaks, pantat Mama terus menjadi mengayun kilat serta terus menjadi kilat.
“ Oooohhh…” erangku menyemburkan air sperma di dalam Miss V Mama.
Mama pula merintih,:“ Oooowgghh….” serta pantatnya terus bergoyang maju- mundur hingga tubuhku lemas, setelah itu Mamah memeluk saya erat- erat.
Mamah mendiamkan badannya di atas pangkal pahaku sebagian dikala, kemudian dia bertanya padaku,:“ Telah?”“ Ya Ma, thank you…” ucapku malu- malu.
Mamah bangun dari pangkal pahaku. Dia mengambil sebagian lembar tissu di meja mensterilkan selangkangannya. Sehabis itu dia menyodorkan sebagian lembar tissu padaku, sebab di kontolku yang telah loyo itu berlumuran air sperma. okewla.com
Saya mensterilkan kontolku, Mama melangkah ke kamar mandi. Saya pula meninggalkan kursi berangkat ke kamarku. Besoknya, kami semacam tidak terjalin apa- apa serta cuma sekali itu saja petualangan seksku dengan Mama gara- gara kebayanya yang seksi itu, sebaliknya dengan Andini saya masih terus berhubungan.
